Situasi yang semakin memanas di Timur Tengah ini terus mencatatkan dampak serius terhadap kemanusiaan. Lebih dari 100.000 orang, termasuk wanita dan anak-anak, terjebak dalam situasi tragis di Gaza, sementara serangan udara dan pengeboman intensif oleh Israel terus menambah penderitaan masyarakat Palestina.
Diperkirakan sekitar 70.000 ton bom telah dijatuhkan, jumlah yang melampaui angka bom yang digunakan pada Perang Dunia II, menghancurkan berbagai infrastruktur penting.
Peningkatan ketegangan ini tidak lepas dari dinamika global yang melibatkan berbagai negara, seperti Iran, Korea Utara, dan Tiongkok, yang dikabarkan terlibat secara langsung maupun tidak langsung.
Kendali satelit, teknologi militer, dan dukungan internasional memperparah keadaan, sementara Syiah dan Sunni mulai menunjukkan persatuan dalam satu tujuan, yaitu kemerdekaan Palestina. Namun, hal ini juga memicu kekhawatiran akan potensi perang yang lebih besar di kawasan Timur Tengah.
Sejumlah pengamat menilai eskalasi konflik di Timur Tengah saat ini benar-benar berbahaya, dan dapat memicu perang yang berskala lebih luas dari sekadar di Gaza atau Lebanon.
Bagaimana tanggapan ahli pengamat tentang genosida yang terjadi selama ini? apakah ada upaya yang dilakukan untuk menghentikan dan melakukan perdamaian dunia?
Dalam wawancara dengan Medcom.id, Senin, 7 Oktober 2024, pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, memaparkan beberapa pandangannya.
Sudah satu tahun sejak genosida terjadi di Palestina akibat serangan Israel. Menurut pandangan Anda, apakah konflik ini akan semakin parah dan sulit dikendalikan ke depannya?
Saat ini, situasi di Palestina, terutama di Gaza, semakin memburuk. Lebih dari 100.000 orang, mayoritas wanita dan anak-anak, telah kehilangan nyawa atau terluka dalam serangan udara yang dilancarkan oleh Israel.Jumlah bom yang digunakan bahkan sudah mencapai sekitar 70.000 ton, lebih banyak daripada yang digunakan pada Perang Dunia II. Perang ini sangat mungkin semakin memburuk, mengingat adanya keterlibatan banyak negara secara langsung atau tidak langsung, seperti Iran, Tiongkok, dan Korea Utara, yang ikut mendukung pihak-pihak yang berkonflik.
Bagaimana pandangan para pemimpin politik di Palestina dan Israel mengenai peluang adanya resolusi damai setelah satu tahun konflik?
Pandangan di antara pemimpin politik Palestina dan Israel sangat terpolarisasi. Di Palestina, terutama di kalangan Hamas dan kelompok pejuang lainnya, keinginan untuk membebaskan tanah Palestina semakin kuat.Di sisi lain, pemerintah Israel, yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, tampaknya lebih memilih pendekatan militer untuk mempertahankan kepentingan strategisnya di kawasan tersebut. Kemungkinan resolusi damai saat ini tampak kecil, karena baik Palestina maupun Israel masih belum menemukan titik temu untuk gencatan senjata yang dapat bertahan lama.
Apa yang membuat masyarakat global seolah-olah diam dan tidak bisa segera mengambil langkah untuk menghentikan kekerasan di Gaza?
Dunia internasional tampaknya terjebak dalam kebuntuan diplomatik. PBB, meskipun telah mengeluarkan berbagai resolusi, seringkali tidak efektif karena negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya terus mendukung Israel secara politik dan militer.Di sisi lain, negara-negara lain yang menuntut penghentian kekerasan tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mempengaruhi situasi. Konflik ini melibatkan banyak kepentingan geopolitik, sehingga upaya untuk menghentikan kekerasan menjadi sangat sulit.
Langkah-langkah apa saja yang sudah diambil oleh komunitas internasional, termasuk PBB, untuk menghentikan kekerasan? Apakah masih ada harapan situasi ini bisa berubah menuju perdamaian?
PBB dan organisasi internasional telah mengadakan beberapa pertemuan darurat dan mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata, tetapi langkah-langkah ini belum membuahkan hasil signifikan. Dunia terpecah, dan resolusi damai belum tercapai.Meski harapan masih ada, itu bergantung pada inisiatif yang lebih kuat dari Sekjen PBB dan negara-negara lain di luar lingkaran negara-negara besar yang selama ini mendominasi Dewan Keamanan PBB.
Saat ini, pertempuran juga terjadi di perbatasan Israel dan Lebanon. Apakah ada kemungkinan eskalasi yang lebih besar akibat bentrokan di perbatasan itu?
Iya, pertempuran di perbatasan Israel dan Lebanon dapat memperburuk situasi di Gaza. Ketegangan di wilayah tersebut berpotensi memperluas konflik tidak hanya di Gaza tetapi juga ke wilayah lain di Timur Tengah, seperti Suriah dan Jordania. Dengan semakin intensifnya pertempuran di berbagai front, hal ini bisa memperbesar risiko konflik yang lebih besar di kawasan itu.Dengan kondisi saat ini, apakah Anda melihat kemungkinan terjadinya konflik yang lebih luas di Timur Tengah? Apakah dapat berujung pada sesuatu yang lebih besar, seperti Perang Dunia III?
Potensi untuk meluasnya konflik di Timur Tengah memang ada, dan hal ini sangat mengkhawatirkan. Jika lebih banyak negara terlibat secara langsung, terutama dengan dukungan militer dan teknologi dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, dan Iran, konflik ini dapat berubah menjadi perang yang lebih besar.Ada kekhawatiran bahwa ini bisa memicu Perang Dunia III, terutama dengan eskalasi yang cepat dan sulit dikendalikan.
Apakah pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap para petinggi Hamas dan Hizbullah berdampak pada upaya gencatan senjata? Bagaimana dampak dari serangan ini terhadap proses dialog dan negosiasi yang mungkin ada di masa depan?
Pembunuhan terhadap para pemimpin Hamas dan tokoh perjuangan Palestina tampaknya justru memperburuk situasi dan memperkecil peluang tercapainya perdamaian. Setiap kali ada serangan terhadap petinggi Palestina, hal ini memicu balasan keras dari kelompok-kelompok perlawanan, yang pada akhirnya menghambat setiap upaya menuju gencatan senjata atau negosiasi damai.Apakah Anda melihat ada harapan di masa depan bagi negara-negara Barat untuk berbalik arah dan mulai menentang tindakan Israel?
Sulit membayangkan Barat, terutama Amerika Serikat, akan berbalik menentang Israel dalam waktu dekat. Hubungan diplomatik dan militer antara Israel dan negara-negara Barat telah terbentuk sejak lama, terutama sebelum berdirinya negara Israel pada 1948. Peradaban dan kepentingan geopolitik yang sama membuat dukungan Barat terhadap Israel tetap kuat.Dari perspektif hukum internasional, seberapa besar peluang dan upaya yang dilakukan untuk membawa Israel ke pengadilan atas tindakan-tindakannya selama konflik di Timur Tengah?
Upaya untuk membawa Israel ke pengadilan internasional, seperti di Mahkamah Pidana Internasional (ICC), telah ada, tetapi jalannya sangat sulit. Israel dan beberapa sekutunya, termasuk Amerika Serikat, menolak pengadilan ini.Selain itu, tantangan lain seperti pengumpulan bukti yang valid dan pengaruh politik global membuat proses ini berjalan lambat dan penuh hambatan.
Jika Netanyahu jatuh dari kekuasaannya di dalam negeri, apakah Anda percaya bahwa hal itu bisa berkontribusi dalam menghentikan genosida yang terjadi di Gaza?
Kejatuhan Netanyahu di Israel mungkin dapat membuka jalan bagi perubahan kebijakan, tetapi belum tentu akan langsung menghentikan genosida di Gaza. Banyak faktor yang memengaruhi situasi, termasuk struktur politik Israel, kepentingan militer, dan dukungan internasional.Walau pemimpin baru Israel dapat membawa perspektif berbeda, solusi damai jangka panjang akan tetap memerlukan dialog komprehensif dan dukungan dari berbagai pihak. (Angel Rinella)
Baca juga: Perang Gaza Masuki Tahun Pertama, Ancaman Kelaparan Makin Serius
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News