Dikutip dari BBC, Minggu 29 Desember 2019, pembunuhan massal dalam data ini didefinisikan sebagai peristiwa terbunuhnya empat orang atau lebih dalam satu insiden yang sama -- tidak termasuk pelaku.
Dari deretan peristiwa di AS sepanjang 2019, yang terburuk adalah pembunuhan 12 orang di Virginia Beach di bulan Mei dan 22 lainnya di El Paso pada Agustus lalu.
Masih dari data gabungan, 33 dari total 41 kasus tahun ini melibatkan senjata api. California menjadi negara bagian dengan angka rata-rata pembunuhan massal tertinggi di AS sepanjang 2019.
Data pembunuhan massal di AS ini telah mulai disusun sejak 2006. Namun risetnya sendiri telah dimulai di era 1970-an.
Berdasarkan data gabungan tersebut, banyak pembunuhan massal di AS tidak naik menjadi berita karena meliputi urusan rumah tangga, transaksi narkotika atau kekerasan geng kriminal, atau tidak terjadi di ruang publik.
James Densley, seorang kriminolog dan profesor dari Metropolitan State University di Minnesota, mengatakan bahwa jumlah pembunuhan massal di AS meningkat meski angka rata-rata pembunuhan menurun.
Densley meyakini meningkatnya jumlah pembunuhan massal di AS sebagiannya merupakan konsekuensi dari "kemarahan dan rasa frustrasi" di tengah masyarakat AS.
"Saat ini kita sepertinya hidup di era penembakan massal," tutur Densley.
Kepemilikan senjata api di AS dilindungi Amandemen Kedua dalam konstitusi Negeri Paman Sam. Meningkatnya angka penembakan massal kurang berdampak signifikan dalam mendorong para pejabat AS untuk melakukan reformasi kepemilikan senjata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News