Datang dengan menggunakan kursi roda dan tongkat berjalan, sekitar 2.000 lansia menantang polisi yang menghalangi pergerakan mereka di Caracas.
"Kami tidak ingin kediktatoran. Kami ingin menghabiskan masa tua dengan kehormatan, obat-obatan, makanan dan kebebasan," ujar Lourdes Parra, 77, yang membungkus tubuhnya dengan bendera Venezuela, seperti dikutip AFP.
Menentang desakan menggelar pemilihan umum lebih cepat, Presiden Nicolas Maduro juga menggerakkan sejumlah pendemo yang mendukung dirinya dan mantan kepala negara Venezuela, Hugo Chavez.
"Dengan Chavez dan Maduro, para lansia aman," teriak mereka di depan istana kepresidenan.
Unjuk rasa menyoroti penderitaan warga Venezuela, terutama di kalangan lansia, di tengah krisis ekonomi yang membuat pasokan makanan dan obat-obatan menipis.
Carlos Rivas, 67, berdiri di garis depan massa pengunjuk rasa dengan membawa kotak obat yang tidak ada isinya.
"Saya tidak punya obat-obatan dan uang pensiun saya tidak bisa membelinya," ungkap dia kepada AFP.
Kementerian Kesehatan Venezuela merilis data yang memperlihatkan kematian anak di bawah lima tahun melonjak 30 persen pada 2016. Sementara angka kematian ibu hamil meningkat 65 persen.
Kasus malaria di Venezuela meroket hingga 76 persen, meski penyakit itu disebut-sebut sudah tidak ada lagi di negara tersebut.
Satu hari setelah data dirilis, pemerintah memecat Menteri Kesehatan Antonieta Caporale.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News