Menurut keterangan Kementerian Pertahanan AS atau Pentagon, pasukan Negeri Paman Sam di Kobani terkena serangan artileri Turki pada Jumat 11 Oktober, pukul 21.00 waktu setempat.
"Ledakan terjadi dalam jarak beberapa ratus meter dari sebuah titik di luar zona Mekanisme Keamanan. dan di area yang Turki ketahui sebagai lokasi pasukan AS," ujar Pentagon, dikutip dari laman Tass, Sabtu 12 Oktober 2019.
"Semua personel militer AS telah terkonfirmasi tidak mengalami luka apapun. Pasukan AS saat ini belum mundur dari Kobani," lanjutnya.
Turki melancarkan invasi pada Rabu 9 Oktober lalu, usai Presiden AS Donald Trump memerintahkan penarikan pasukan AS dari Suriah. Namun hingga saat ini, sejumlah personel militer masih berada di Suriah. Sasaran utama Turki dalam operasi ini adalah pasukan Kurdi yang tergabung dalam SDF.
Mengenai tembakan artileri, Pentagon mengecam operasi militer Turki yang dilakukan di luar zona Mekanisme Keamanan. Washington juga meminta Ankara tidak melancarkan serangan ke lokasi yang masih didiami pasukan AS.
"AS meminta Turki menghindari tindakan yang dapat berujung pada aksi membela diri," sebut Pentagon, menyiratkan bahwa AS bisa saja membalas serangan ke arah Turki.
Pemerintah Turki mengklaim operasi militer ke Suriah bertujuan untuk membentuk sebuah "zona aman" yang bebas dari milisi Kurdi. Zona aman itu juga diklaim nantinya dapat dihuni pengungsi Suriah.
SDF atau Pasukan Demokratik Suriah yang terdiri dari sejumlah milisi Kurdi adalah mitra utama Washington dalam memerangi kelompok militan Islamic State (ISIS). Namun Ankara menganggap SDF sebagai "teroris" yang mendukung gerakan pemberontakan di Turki.
Jumat kemarin, sekitar 100 ribu warga Suriah utara telah mengungsi ke sejumlah sekolah dan bangunan lainnya di tengah serangan militer Turki.
Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan, banyak warga yang mengungsi ke sejumlah sekolah atau gedung lainnya di kota Hassakeh dan juga Tal Amer pada Jumat 11 Oktober.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News