Presiden AS Donald Trump. (Foto: AFP)
Presiden AS Donald Trump. (Foto: AFP)

Sidang Pemakzulan, Kubu Trump Bacakan Argumen Pembuka

Arpan Rahman • 26 Januari 2020 14:21
Washington: Tim hukum Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghabiskan waktu dua jam dalam membacakan argumen pembuka mereka dalam sidang pemakzulan di level Senat AS, Sabtu 25 Januari 2020. Inti dari argumen adalah Trump tidak bersalah, dan Partai Demokrat berusaha membatalkan hasil pemilihan umum 2016 sekaligus 2020.
 
Pat Cipollone, salah satu pengacara Trump, mulai membacakan argumen pada pukul 10.00 waktu setempat. Pengacara Jay Sekulow serta Wakil Penasihat Gedung Putih Patrick Philbin dan Michael Purpura juga turut berbicara mewakili Trump.
 
"Presiden sama sekali tidak melakukan kesalahan," tegas Cipollone di awal pernyataannya, disitat dari UPI.

Ia menuduh Demokrat berusaha membatalkan hasil pemilu 2016 dengan menyingkirkan Trump. Menurutnya, jika itu dilakukan, maka hasil pemilu 2020 juga dapat berubah.
 
"Mereka tidak hanya ingin Anda semua membatalkan hasil pemilu lalu, tapi juga ingin menyingkirkan Presiden Trump dari daftar calon dalam pemilu yang tinggal sembilan bulan lagi," tutur Cipollone.
 
"Tidak hanya itu, mereka juga seperti meminta Anda semua untuk menyobek seluruh kertas suara yang ada di seantero negeri," lanjutnya.
 
Purpura juga turut berbicara dan membela Trump. Ia mengaku mempertanyakan dua saksi yang mengaku khawatir atas percakapan antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada 25 Juli tahun lalu. Dalam pembicaraan itu, Trump meminta Zelenskiy menyelidiki Hunter Biden, anak dari politikus Demokrat Joe Biden.
 
Salah satu saksi itu adalah Letnan Kolonel Alexander Vindman, yang menilai Trump telah membahayakan keamanan nasional lewat aksinya. Purpura menegaskan Trump bertanggung jawab atas kebijakan luar negeri AS, bukan Vindman.
 
"Beberapa saksi lain yang juga mendengar percakapan pada 25 Juli mengeluarkan reaksi yang sangat berbeda dengan Letnan Kolonel Vindman," ucap Purpura.
 
Ia juga mempertanyakan apakah Zelenskiy merasa dirinya telah ditekan Trump untuk menyelidiki Hunter dan Joe Biden. "Tidak ada yang namanya ancaman jika orangnya sendiri tidak tahu dirinya merasa terancam," ungkap Purpura.
 
Sementara Sekulow membela Trump yang memutuskan menunda bantuan untuk Ukraina. Demokrat menilai penundaan bantuan itu merupakan pelanggaran karena dijadikan Trump sebagai alat agar Zelenskiy mau menyelidiki Biden.
 
Namun Sekulow menyebut menahan bantuan militer ke negara asing merupakan taktik yang biasa dilakukan Pemerintah AS.
 
Trump menghadapi dua dakwaan pemakzulan, yakni penyalahgunaan wewenang dan menghalangi jalannya pemeriksaan oleh Kongres AS.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan