Putin mengklaim dapat memiliki lebih dari 40 misil balistik nuklir yang mampu mengalahkan semua sistem pertahanan, bahkan yang tercanggih sekalipun.
"Kami (AS-Rusia) memiliki beragam kerja sama besar sejak era 90-an, dengan adanya penghancuran senjata nuklir di bekas wilayah Uni Soviet. Siapapun tidak ingin melihat hubungan ini mundur atau berakhir," ucap Menteri Luar Negeri AS John Kerry, yang saat ini masih berada di Boston dalam masa pemulihan cedera patah kakinya.
"Tidak ada satu orang pun yang seharusnya mendengar pengumuman dari pemimpin sebuah negara kuat (Putin) itu. Tidak ada satu orang pun, saya rasa, yang ingin kembali ke status Perang Dingin," sambung dia, seperti diwartakan AFP, Selasa (16/6/2015).
Menurut Institut Riset Perdamaian Internasional, Rusia diperkirakan memiliki 7500 hulu ledak nuklir. Sekitar 1780 dari keseluruhan hulu ledak itu dapat diluncurkan di atas misil atau berada di sejumlah pangkalan militer.
Sementara AS disebut memiliki sekitar 7300 hulu ledak nuklir, yang 2080-nya sudah dipasangkan ke misil.
Hubungan Rusia dengan negara-negara Barat, terutama AS, terus memburuk atas konflik berdarah di perbatasan Ukraina. AS dan sekutunya menuding Rusia berada di balik pergerakan separatis Ukraina. Rusia berkali-kali membantahnya.
Putin justru menuding kesalahan ada di pihak Ukraina, yang dengan sengaja memasuki perbatasan Rusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id