Kamis kemarin Andrew Bakaj, pengacara untuk sang whistleblower, mengirimkan surat kepada Gedung Putih bahwa permintaan Trump dapat membuat klien beserta keluarganya berada dalam bahaya fisik.
"Pernyataan semacam itu mengintimidasi klien saya," sebut Bakaj mengenai permintaan Trump untuk membuka identitas whistleblower ke publik.
Mengabaikan surat tersebut, Trump kembali menyerang whistlower dan pengacaranya pada Jumat 8 November.
"Whistleblower telah mempermalukan negara kita, dan oleh karenanya harus segera dibuka identitasnya," ucap Trump kepada awak media, dikutip dari BBC, Sabtu 9 November 2019.
"Pengacaranya juga telah mengucapkan banyak kata-kata buruk dua tahun lalu. Ia harus dituntut, mungkin dengan pasal pengkhianatan terhadap negara," lanjutnya.
Trump diyakini merujuk pada pengacara lainnya dari whistleblower, yakni Mark Zaid. Pada 2017, Zaid pernah menuliskan berbagai tulisan di Twitter, yang salah satunya adalah tekad "menyingkirkan dia (Trump)."
Sejauh ini, identitas whistleblower tersebut masih dilindungi ketat oleh Partai Demokrat. Agustus lalu, ia melayangkakan sebuah laporan yang berujung pada penyelidikan pemakzulan Trump.
Dalam laporan itu ia menuliskan keluhan mengenai percakapan Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada Juli lalu. Dalam percakapan itu, Trump meminta Zelenzkiy menyelidiki Hunter Biden, anak dari politikus Demokrat Joe Biden.
Sementara itu anak perempuan Trump, Ivanka Trump, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa ia merasa identitas whistleblower dalam kasus pemakzulan ayahnya "tidak relevan."
"Whisteblower itu seharusnya tidak perlu menjadi bagian substantif dalam kasus ini. Ia tidak memiliki informasi tangan pertama," sebut Ivanka. Whistleblower ini disebut-sebut tidak mendengar langsung percakapan antara Trump dan Zelenskiy, namun mengetahuinya dari orang lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News