Ada suasana penolakan yang membara di beberapa tempat di Caracas, di mana para pendukung pemimpin sosialis itu marah oleh dukungan internasional untuk Juan Guaido. Guaido merupakan kepala legislatif Majelis Nasional yang dikendalikan oposisi. Dia mengklain dirinya sebagai presiden sementara Venezuela.
Baca juga: Pertama Kali, Trump Berbicara dengan Oposisi Venezuela.
Marlene Vargas, seorang guru berusia 52 tahun, adalah ‘Chavista’ yang berdedikasi yang percaya bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berusaha "mencekik" rezim sosialis dengan sanksi dan ancaman. Trump sebelumnya sudah menyatakan dukungannya kepada Guaido.
Vargas adalah bagian dari landasan dukungan bagi gerakan yang didirikan oleh pendahulunya Maduro, mantan Presiden Hugo Chavez.
Pemanfaatan keuntungan dari bahan bakar minyak yang dilakukan Chavez mengangkat jutaan rakyat Venezuela keluar dari kemiskinan setelah ia berkuasa pada tahun 1999. Hal ini menginspirasi kesetiaan kepada penggantinya yang masih bertahan.
Kesetiaan itu -,yang sebagian didorong oleh tunjangan makanan dan bonus yang disubsidi oleh rezim,- telah memberikan dukungan inti dalam serangkaian kemenangan pemilu untuk partai Maduro, meskipun ada boikot oposisi dan tuduhan kecurangan suara.
"Kami mungkin tidak memiliki teknologi tinggi dan pengalaman perang seperti Amerika Serikat, tetapi kami adalah orang yang bermartabat dan kami akan membela diri dengan gigih," kata Vargas kepada AFP pada 3 Januari, di markas ‘Chavista’ di Caracas barat yang dinamai untuk kudeta 1958.
"Jika keadaan memanas, kami akan turun ke jalan," kata Maria Torrealba yang berusia 65 tahun, seperti dikutip AFP, Kamis, 31 Januari 2019.
Baca juga: Juan Guaido Turun ke Jalan Ajak Militer Lawan Maduro.
Torrealba adalah salah satu dari 1,6 juta rakyat Venezuela yang tergabung dalam pasukan milisi yang dibentuk pada tahun 2009 untuk memberikan dukungan bagi angkatan bersenjata. Menurutnya AS dan sanksi-sanksinya -,bukan Maduro,- yang telah menjerumuskan Venezuela ke dalam krisis ekonomi yang melumpuhkan.
"Mereka telah memblokir (akses pasar) kami tetapi kami siap untuk melawan," katanya.
Dengan penuh semangat ia menuju ke istana presiden untuk unjuk rasa ‘anti-imperialis’. Protes ini merupakan bentuk tandingan dari yang dilakukan oleh pihak oposisi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News