Dikutip dari BBC, Sabtu 22 Februari 2020, Sanders mengaku mendapat informasi dari sejumlah pejabat AS bahwa Rusia sedang membantu jalannya kampanye kepresidenan sang senator.
Berbicara di Bakersfield, California, Sanders mengaku belum mengetahui pasti bagaimana cara Rusia mengintervensi pemilu AS, termasuk dalam hal berjalannya masa kampanye. Namun yang jelas, senator berusia 78 tahun itu menentang keras percobaan semacam itu.
Ia menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai seorang "penjahat otokratik" yang menggunakan "propaganda internet untuk memecah-belah" AS.
"Mari kita perjelas lagi. Rusia ingin merusak demokrasi Amerika dengan memecah-belah kita semua. Berbeda dari presiden sebelumnya, Saya menentang keras upaya mereka (Rusia) dan juga kekuatan asing lainnya yang ingin mengganggu jalannya pemilu kita," ucap Sanders.
Mencitrakan diri sebagai seorang sosialis demokratis, Sanders saat ini dianggap sebagai kandidat terkuat capres dar Demokrat. Menurut perusahaan teknologi Facebook, pihaknya tidak menemukan adanya bukti bahwa Rusia berusaha membantu kampanye Sanders.
Jumat kemarin, surat kabar The Washington Post mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump dan beberapa pejabat AS telah menerima informasi mengenai adanya upaya Rusia dalam membantu tim kampanye Sanders.
Sebelumnya, komunitas intelijen AS juga meyakini Rusia telah mengintervensi pilpres AS 2016 dengan berusaha mencoreng citra Hillary Clinton dan memenangkan Trump.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News