Demonstran memblokade beberapa ruas jalan utama, mengibarkan spanduk dan meneriakkan slogan. Unjuk rasa selama beberapa pekan ini memicu bentrokan dengan aparat keamanan, yang menewaskan sedikitnya 76 orang.
Seperti dikutip dari BBC, demonstrasi terbaru pada Sabtu 26 Mei 2018, terjadi usai dialog damai yang dimediasi Gereja Katolik Nikaragua pada Rabu kemarin berakhir gagal.
"Mereka ingin menyingkirkan kami dari jalanan dengan cara menembakkan peluru," kata seorang pemimpin unjuk rasa, Francisca Ramirez, di kota Leon.
Unjuk rasa di Nikaragua meletus bulan lalu usai Presiden Ortega menyetujui pemotongan dana pensiun dan keamanan sosial. Ortega kemudian menunda pemotongan itu, namun demonstrasi telah meluas menjadi penentangan terhadap pemerintah pusat.
Ia menuduh geng kriminal telah menginfiltrasi demonstrasi. Namun aktivis oposisi menuduh Ortega bersikap represif terhadap unjuk rasa.
Ortega adalah mantan gerilyawan yang membantu menggulingkan diktator Anastasio Somoza di era 1970-an. Namun sejumlah kritik menilai Ortega dan istrinya juga bersikap seperti diktator.
Beberapa dialog damai untuk meredam krisis di Nikaragua telah dimulai sejak bulan ini. Namun sejauh ini, dialog belum membuahkan hasil berarti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News