Anez menjadi presiden interim karena wakil presiden dan sejumlah pejabat tinggi lainnya juga mengundurkan diri bersama Morales. Pengunduran diri di tengah gelombang protes ini memicu terjadinya vakum kekuasaan di Bolivia.
Massa pro-Morales berusaha mencapai gedung Kongres dan berusaha menghentikan deklarasi Anez. "Dia harus turun sekarang juga!" teriak beberapa demonstran yang marah, dilansir dari TRT World, Rabu 13 November 2019.
Polisi dan prajurit Bolivia kemudian menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa di sekitar gedung kongres di La Paz.
Sejumlah pesawat jet tempur terbang silih berganti di langit La Paz, dalam upaya menunjukkan kekuasaan di Bolivia kini telah berpindah ke tangan Anez. Melihat hal tersebut, para pengunjuk rasa pro-Morales berang dan berusaha mendekati posisi Anez.
"Kami tidak takut!" teriak para demonstran, yang meyakini mundurnya Morales sebagai sebuah kudeta dan bentuk diskriminasi terhadap etnis pribumi Bolivia. Morales adalah presiden pertama Bolivia yang berasal dari etnis pribumi.
"Evo sudah seperti ayah bagi saya. Kami punya suara, kami punya hak," ungkap Maria Apasa, salah satu pendukung sang mantan presiden. Seperti Morales, Apasa juga berasal dari etnis Aymara.
Meski memperlihatkan kemarahan mereka, sebagian besar tindak-tanduk pedemo pro-Morales relatif damai.
Sementara itu, jumlah korban tewas sejak aksi protes meletus di Bolivia telah mencapai tujuh orang. Demonstrasi dipicu kemenangan kembali Morales dalam pemilihan umum.
Jaksa Agung Bolivia Juan Lanchipa mengatakan penyebab kematian empat dari tujuh korban adalah tembakan senjata api.
"Semua kasus kematian ini akan diselidiki. Kami akan mencari tahu siapa pihak yang bertanggung jawab, sehingga bisa diseret ke hadapan hukum," tegas Lanchipa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News