Dilansir AFP, Kamis (22/12/2016), sebuah rancangan resolusi sedang disusun untuk pembekuan aset senjata dan juga pemblokiran pusat penelitian Suriah terkait pengembangan senjata kimia.
Para diplomat PBB mengatakan, desakan semacam ini sudah pasti akan diveto oleh Rusia, sekutu Suriah. Namun, Prancis dan Inggris tetap mendesak sebuah keputusan bisa didapatkan pekan depan.
Sebuah penyelidikan bersama oleh PBB dan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia menemukan bahwa beberapa tentara Suriah telah menggunakan senjata dengan bahan kimia dan beracun di tiga desa di Suriah utara pada 2014 dan 2015.
Diungkapkan, bukan tak mungkin, hal yang sama juga dilakukan pada tahun ini. Tahun 2016 dianggap sebagai tahun terparah perang saudara di Suriah, terutama di Aleppo.
Ini adalah pertama kalinya penyelidikan internasional menyalahkan pasukan Presiden Bashar Al-Assad. Ditemukan pula penggunaan klorin sebagai senjata yang sudah dilarang di bawah Konvensi Senjata Kimia, didukung pula oleh Rusia.
"Harus ada langkah lebih lanjut dan signfikan untuk menindaklanjuti penemuan ini dan menyerukan sanksi. Kami akan membongkar draft lama untuk memastikan," ucap Duta Besar Inggris untuk PBB, Matthew Rycroft.
Namun, Rusia segera menyanggah hal tersebut. Rusia menyatakan bahwa laporan itu tak meyakinkan dan tidak cukup kuat untuk dijatuhkannya sebuah sanksi.
DK PBB juga didesak untuk menuntut semua negara anggota PBB mencegah langsung atau tidak langsung masuknya pasokan dan penjualan suku cadang atau material helikopter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News