Otoritas Israel masih menyelidiki aktivitas Facebook menyusul skandal pembajakan data pribadi para pengguna jejaring sosial tersebut.
"Kami menginformasikan Facebook atas penyelidikan ini," ucap agen perlindungan privasi Israel, seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis 22 Maret 2018.
Mereka menambahkan akan mencari kemungkinan pelanggaran lain dari undang-undang privasi yang bisa saja menimpa warga Israel.
Sementara itu, koran Guardian Inggris melaporkan bahwa peretas Israel menawarkan materi ke perusahaan konsultan Cambrige Analytica. Namun, juru bicara Kementerian Kehakiman Israel mengatakan penyelidikan tidak melibatkan peretas.
Penyelidikan, ucap otoritas Israel, lebih berfokus pada hak-hak pengguna Facebook dari Israel yang dilanggar. Pasalnya, di bawah hukum privasi Israel, data pribadi hanya dapat digunakan dengan izin untuk tujuan yang jelas.
"Karena itu, otoritas akan menyelidiki apakah data pribadi warga Israel secara ilegal digunakan dengan cara yang melanggar hak privasi mereka," katanya.
Bos Facebook Mark Zuckerberg bersumpah untuk meningkatkan pengamanan guna memperbaiki masalah di raksasa media sosial itu.
Konsultan politik Cambridge Analytica dilaporkan menggunakan data pribadi 50 juta pengguna Facebook, untuk mengembangkan teknik pendulangan suara kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 2016.
Hal ini menyebabkan saham Facebook turun hingga tujuh persen pada Senin 19 Maret 2018 sore waktu setempat. Meski demikian, Cambridge Analytica tidak menanggapi hal tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News