"Kami mendesak setiap orang mengizinkan kami untuk menghadapi tantangan domestik untuk mencapai tujuan nasional kami tanpa campur tangan yang tidak perlu," kata Yasay, seperti dikutip AFP, Senin (26/9/2016).
Hal ini dikemukakan Yasay saat Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat pada Sabtu 24 September lalu di depan para negara anggota PBB.
Sejak Duterte menjabat sebagai presiden pada 30 Juni lalu, hampir 3.000 pengedar dan pemakai narkoba dibunuh. Sepertiganya dibunuh polisi dan sisanya dilakukan penyerang tidak dikenal.
Sejak itu, masyarakat internasional mengecamnya, termasuk PBB dan Amerika Serikat dan juga Uni Eropa. Kelompok-kelompok HAM mengatakan pasukan keamanan Filipina telah melakukan pembunuhan ekstrayudisial.
"Kami tidak punya dan tidak akan pernah memberdayakan aparat penegak hukum untuk menembak atau membunuh orang-orang yang diduga penjahat narkoba," kata Yasay.
Dia mengatakan pembunuhan ekstrayudisial tidak memiliki tempat dalam masyarakat dan sistem peradilan pidana Filipina.
Yasay mengatakan Duterte mendapat 92 persen persetujuan atas tindakannya. Dia memperkirakan kampanye yang dilakukan Duterte telah disalahpahami.
"Aksi kami, bagaimana pun, telah menjadi berita utama nasional dan perhatian internasional dengan alasan yang salah," lanjutnya.
Dalam tujuan pembangunan berkelanjutan baru PBB yang diadopsi tahun lalu, Yasay mengatakan negaranya tidak akan mampu memenuhi tujuan mereka jika tidak menangani korupsi dan narkoba.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News