Namun, Jaksa Agung AS William Barr mengatakan 21 kadet itu ternyata memiliki beberapa material ekstremis dan juga sejumlah foto tak senonoh anak-anak.
Penembakan massal di pangkalan Navai Air Station Pensacola pada 6 Desember tahun lalu menewaskan tiga pelaut AS dan melukai delapan lainnya. Program pelatihan bagi kadet militer Saudi di AS pun dihentukan usai penembakan.
Barr menyebut bahwa adanya laporan yang mengatakan bahwa beberapa kadet Saudi merekam penembakan di Pensacola tidak benar. Barr menegaskan pelaku berada di lokasi penembakan seorang diri.
Dalam sebuah konferensi pers di Washington pada Senin 13 Januari, Barr melabeli penembakan di Pensacola sebagai "aksi terorisme."
Ia mengaku telah meminta perusahaan Apple untuk membuka dua telepon genggam iPhone milik pelaku. Pelaku, yang telah ditembak mati polisi, berusaha merusak salah satu iPhone dengan menembakkan peluru. Namun Barr mengatakan Biro Investigasi Federal (FBI) berhasil memperbaikinya.
"Sejauh ini, Apple belum memberikan bantuan secara substantif," kata Barr, dikutip dari BBC, Selasa 14 Januari 2020.
Menurut laporan New York Times, Apple telah memberikan data iCloud pelaku penembakan kepada FBI, namun menolak membuka iPhone. Apple menyebut, membuka iPhone akan merusak perangkat lunak enkripsi mereka.
Apple dan FBI sebelumnya pernah berseteru mengenai iPhone milik pelaku teror. Pada 2016, perseteruan berakhir usai FBI menemukan cara untuk membuka sebuah iPhone milik pelaku penembakan massal tanpa bantuan Apple.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News