Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat bertemu Donald Trump di sela pertemuan PBB. Foto: AFP
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat bertemu Donald Trump di sela pertemuan PBB. Foto: AFP

Trump Akui Cegah Dubes AS Bersaksi di Sidang Pemakzulan

Arpan Rahman • 09 Oktober 2019 15:12
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku dia mencegah Duta Besar AS untuk Uni Eropa, Gordon Sondland, bersaksi di sidang pemakzulan di DPR AS. Trump pun menyebut DPR menggelar ‘sebuah pengadilan kanguru’.
 
Para politisi Partai Demokrat yang memimpin penyelidikan pemakzulan mengatakan, pengacara Sondland dipanggil oleh pejabat Kementerian Luar Negeri AS setelah tengah malam. Hanya meninggalkan pesan voicemail yang memerintahkannya untuk tidak menghadiri audiensi, Selasa.
 
Panggilan itu datang setelah Sondland menyerahkan pesan WhatsApp dan komunikasi lainnya dari perangkat pribadinya ke Kemenlu AS, yang menolak untuk memberikannya kepada komite DPR dalam sidang pemakzulan.

"Kesaksian dan dokumen Duta Besar Sondland sangat penting, dan itulah sebabnya pemerintah sekarang memblokir kesaksiannya dan menahan dokumennya," kata ketua dewan intelijen, pengawasan, dan urusan luar negeri Dewan Perwakilan Rakyat AS, Adam Schiff dalam pernyataan tertulis
 
"Kami menganggap gangguan ini sebagai penghalang penyelidikan pemakzulan," kata pernyataan itu, disiarkan dari Guardian, Rabu 9 Oktober 2019.
 
Kemudian pada Selasa, komite mengeluarkan surat panggilan pengadilan ke Sondland, memaksanya untuk tampil dengan deposisi pada 16 Oktober dan menghasilkan dokumen pada 14 Oktober.
 
Sondland dijadwalkan bersaksi secara sukarela tentang komunikasinya dengan para pejabat Ukraina, diplomat AS, presiden, dan pengacara presiden, tentang panggilan telepon Trump 25 Juli dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelinskiy. 
 
Menjadi permasalahan saat ini adalah apakah Trump menyalahgunakan jabatannya dengan menggunakan kekuatannya untuk keuntungan politiknya sendiri. Yakni mendorong penyelidikan Ukraina terhadap Joe Biden, yang kemungkinan besar akan menjadi lawannya dalam pemilihan presiden 2020.
 
Pengacara Sondland, Robert Luskin, mengatakan kliennya ingin menjawab pertanyaan dari komite DPR, tetapi telah diinstruksikan oleh Kemenlu AS pada Selasa pagi untuk tidak hadir.
 
Selanjutnya Trump mencuit di Twitter buat mengatakan dia memerintahkan Sondland untuk dicegah memberi kesaksian.
 
"Saya ingin mengirim Duta Besar Sondland, seorang pria yang benar-benar baik dan cinta Amerika, untuk bersaksi, tetapi sayangnya dia akan bersaksi di hadapan pengadilan kanguru yang sepenuhnya dikompromikan, di mana hak-hak Republik telah diambil, dan fakta-fakta sebenarnya tidak diizinkan keluar untuk dilihat publik," tweet Presiden Trump.
 
Partai Republik mendorong hak yang sama sebagai partai minoritas untuk mengeluarkan panggilan pengadilan, dan Gedung Putih mengatakan tidak akan menanggapi panggilan pengadilan sampai hak-hak tersebut diberikan.
 
"Duta Besar Sondland sangat kecewa bahwa dia tidak akan dapat bersaksi hari ini," pernyataan Luskin membaca, menambahkan bahwa dia telah melakukan perjalanan ke Washington dari Brussels untuk mempersiapkan kesaksiannya.
 
Adam Schiff, Ketua Partai Demokrat di Komite Intelijen DPR, mengatakan Sondland adalah ‘saksi penting’. "Kami akan menganggap tindakan hari ini sebagai menyembunyikan informasi, sebagai tindakan penghalang lebih lanjut,” ujar Schiff.
 
"Rakyat Amerika memiliki hak untuk mengetahui apakah presiden bertindak untuk kepentingan mereka, untuk kepentingan bangsa, dan bukan untuk kepentingan pribadi dan politiknya yang sempit," kata Schiff kepada wartawan setelah cuitan presiden. "Memang, rakyat Amerika perlu tahu," lanjutnya.
 
Luskin, pengacara Sondland, berkata bahwa Dubes "sangat yakin bahwa dia bertindak setiap saat untuk kepentingan terbaik Amerika Serikat, dan dia siap untuk menjawab pertanyaan komite dengan sepenuhnya dan jujur."
 
Dia menambahkan: "Dubes Sondland berharap bahwa masalah yang diangkat oleh Kemenlu yang menghalangi kesaksiannya akan segera diselesaikan. Dia siap untuk bersaksi dalam waktu singkat, kapan pun dia diizinkan untuk muncul."
 
Dalam tweet di pagi harinya, Trump menunjuk ke sebuah pesan teks yang telah dikirim Sondland kepada Dubes AS di Ukraina (yang salah diidentifikasi Trump sebagai tweet), di mana Sondland mengatakan: "Saya yakin Anda salah tentang niat Presiden Trump. Presiden sangat jelas: tidak ada kompensiasi dalam bentuk apa pun."
 
Namun, saling balas kirim teks Sondland sebelumnya dengan pejabat AS, yang dirilis oleh komite DPR, memperjelas bahwa Zelenskiy tidak akan mendapatkan kunjungan Gedung Putih kecuali dia meluncurkan penyelidikan yang dituntut Trump.
 
Ukraina tidak berada di Uni Eropa, tetapi Sondland dikirim untuk bekerja bersama utusan khusus Ukraina Kurt Volker, tampaknya dalam kapasitas sebagai utusan langsung presiden, guna membujuk Ukraina bekerja sama.
 
Kedua pria itu juga berkonsultasi dengan Rudy Giuliani, pengacara pribadi Trump, yang sedang menangani masalah Ukraina. Volker mengundurkan diri dari jabatannya sebelum memberikan kesaksian kepada komite DPR, pekan lalu.
 
Gedung Putih tampaknya sudah menghitung bahwa kesaksian Sondland mungkin lebih merusak daripada menghadapi murka DPR karena ketidakhadirannya. Sondland, seorang pengusaha perhotelan Oregon yang kaya, diangkat sebagai Dubes untuk Uni Eropa tahun lalu setelah menyumbangkan USD1 juta untuk dana pelantikan Trump.
 
Kongres sedang jeda, tetapi komite yang menyelidiki presiden terus bekerja. Sebuah jajak pendapat Washington Post/Schar School yang baru dirilis pada Selasa menunjukkan 58 persen dukungan untuk penyelidikan pemakzulan dan 49 persen dukungan buat bergerak memakzulkan presiden dan berusaha menurunkan dia dari jabatan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan