Peristiwa yang dimaksud adalah dugaan bahwa Trump telah menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk menyelidiki Hunter Biden, anak dari Joe Biden -- kandidat calon presiden dari Partai Demokrat.
"Whistleblower kedua ini sedang ditangani oleh tim legal kami," kata pengacara bernama Mark Zaid di Twitter, dikutip dari laman AFP, Minggu 6 Oktober 2019.
"Tim kami juga telah membuat pernyataan yang dilindungi di bawah hukum. Whistleblower kedua ini memiliki informasi langsung
Rekan pengacara Zaid, Andrew Bakaj, sebelumnya pernah mengatakan bahwa timnya merupakan kuasa hukum bagi "sejumlah whistleblower" dalam penyelidikan pemakzulan Trump. Belum diketahui apakah kata "sejumlah" yang disebutkan Bakaj merujuk pada lebih dari dua whistleblower.
Biasanya, sejumlah pejabat di AS akan mendengarkan percakapan apapun antara sang presiden dan pemimpin negara asing.
Munculnya whistleblower kedua ini akan membuat Trump dan para pendukungnya semakin sulit untuk mendiskreditkan keterangan dari pembocor rahasia pertama. Sebelumnya, Trump pernah menyebut bahwa keterangan dari whistleblower pertama tidak akurat.
Merespons tekanan, Trump menuliskan rangkaian pembelaan via Twitter, namun tidak menyinggung mengenai whistleblower kedua. Ia kembali menegaskan bahwa Hunter Biden telah menerima uang senilai USD100 ribu atau Rp1,4 miliar per bulan dari sebuah perusahaan di Ukraina meski dirinya tidak memiliki pengalaman di bidang energi.
Trump juga menyebut Hunter mendapat USD1,5 miliar (setara Rp21 triliun) dari Tiongkok tanpa alasan jelas. Sejumlah laporan media menyebut Hunter dibayar USD50 ribu (Rp706 juta) per bulan sebagai anggota dewan direksi perusahaan Ukraina, Burisma.
"Sebagai presiden, saya punya kewajiban untuk mengakhiri korupsi, bahkan jika saya harus meminta bantuan negara asing. Hal seperti ini dilakukan dari waktu ke waktu," tulis Trump.
Joe Biden tidak tinggal diam, dan membalas tuduhan yang dilayangkan kepada anaknya. "Sepengetahuan saya, meminta pemerintah asing untuk membuat kebohongan mengenai lawan politik tidak pernah dilakukan dari waktu ke waktu," ungkap Biden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News