Jabatan PM Kuba disingkirkan pada 1976 oleh pemimpin revolusioner Fidel Castro. Posisi tersebut kembali dihidupkan di bawah konstitusi baru kuba yang telah diterapkan tahun ini.
Marrero, 56, akan menjalankan sejumlah tugas kenegaraan yang sebelumnya merupakan tanggung jawab presiden. "Kepala pemerintahan akan menjadi tangan kanan presiden," tulis situs berita nasional Kuba, Cubadebate.
Kendati begitu, sejumlah kritikus menilai kembalinya jabatan PM kurang berpengaruh karena Partai Komunis Kuba dan militer tetap menjadi dua entitas utama pembuat keputusan di negara tersebut.
Dikutip dari BBC, Minggu 22 Desember 2019, penunjukan Marrero diratifikasi secara bulat oleh anggota Majelis Nasional Kuba pada Sabtu 21 Desember.
Surat kabar nasional Granma menggambarkan Marrero sebagai politikus yang muncul "dari dasar" industri pariwisata, salah satu sumber pemasukan terbesar devisa negara.
Pada 2000, Marrero menjadi presiden grup pariwisata Gaviota yang dijalankan militer. Hotel-hotel Gaviota berada di bawah sanksi ekonomi pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Marrero ditunjuk menjadi menteri pariwisata pada 2004 oleh Fidel Castro. Di bawah Marrero, sektor pariwisata Kuba melonjak drastis. Belum diketahui apakah Marrero akan merangkap jabatan PM Kuba dan juga menteri pariwisata.
Menurut Diaz-Canel, Marrero layak menjadi PM Kuba karena dinilai lihai menjalin hubungan baik dengan sejumlah investor asing. Marrero juga dianggap "jujur, bisa bekerja dan loyal terhadap Partai Komunis dan revolusi Kuba."
Fidel Castro memimpin revolusi komunis yang menggulingkan pemerintahan Kuba di tahun 1959. Ia memegang jabatan PM Kuba hingga 1976, dan menjadi kepala Partai Komunis.
Karena kesehatannya memburuk, Castro menyerahkan kekuasaan ke adiknya, Raul, pada 2006. Castro meninggal di tahun 2016.
Raul Castro mundur dari kepresidenan pada 2018, namun masih menjadi pemimpin Partai Komunis Kuba.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News