Otoritas Argentina dan Uruguay berusaha keras mengembalikan aliran listrik. Namun hingga petang menjelang malam, sekitar separuh dari 40 juta warga Argentina masih belum mendapat pasokan listrik.
Warga menggunakan hak pilih mereka dengan menggunakan cahaya dari telepon genggam dalam pemilihan umum kepala daerah di Argentina. Sejumlah moda transportasi massa di negara tersebut terhenti, deretan toko tutup dan rumah sakit mengandalkan generator agar tetap beroperasi.
"Saya berencana pergi makan bersama teman, tapi semuanya kami batalkan. Tidak ada kereta yang beroperasi, semuanya terhenti," kata Lucas Acosta, warga Buenos Aiers, dikutip dari laman NZ Herald, Senin 17 Juni 2019.
"Lebih parahnya lagi, hari ini adalah Hari Ayah. Saya baru saja berbicara dengan tetangga saya, dan dia bilang anaknya tidak akan bisa datang," lanjut dia.
Sementara di Uruguay, aliran listrik mulai mengalir kembali ke sebagian besar populasi yang berjumlah total tiga juta jiwa. Pemadaman terparah terjadi di Argentina, karena saat Uruguay mulai berhasil memulihkan situasi, Buenos Aires baru menghidupkan kembali 50 persen dari total jaringan kelistrikan.
Presiden Argentina Mauricio Macri beserta beberapa pejabat dari Sekretariat Energi menyerukan via Twitter kepada semua warga bahwa pihaknya sedang berjuang sekuat tenaga untuk memulihkan aliran listrik.
Menteri Energi Argentina mengatakan pemadaman terjadi sekitar pukul 07.00 waktu setempat. "Penyebab pasti pemadaman ini masih diinvestigasi," ujarnya.
Brasil serta Chile, dua negara tetangga Argentina, mengaku tidak terkena dampak pemadaman.
Perusahaan listrik Uruguay UTE mengatakan kerusakan jaringan di Argentina sempat memutus aliran listrik ke Uruguay. UTE mengatakan sejumlah kota pesisir Uruguay menyalahkan pemadaman kepada "kerusakan jaringan di Argentina."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News