medcom.id, Singapura: Amerika Serikat (AS) tidak akan menerima militerisasi pulau-pulau buatan di Laut China Selatan.
Menteri Pertahanan AS James Mattis memperingatkan hal itu saat berbicara di sebuah konferensi keamanan di Singapura. Dia mengatakan bahwa langkah tersebut merongrong stabilitas regional.
Klaim teritorial China di Laut China Selatan -- yang kaya sumber daya -- diperebutkan oleh beberapa negara.
Di saat yang sama, Jenderal Mattis memuji upaya Beijing buat menahan rudal dan aktivitas nuklir Korea Utara (Korut).
Komentarnya muncul tak lama setelah Dewan Keamanan PBB memperluas sanksi yang ditargetkan terhadap Korut dalam menanggapi serangkaian tes rudal yang dilakukan oleh Pyongyang, tahun ini.
Dewan beranggotakan 15 negara memberikan suara bulat setelah beberapa pekan perundingan antara AS dan China.
Berbicara di forum tahunan Dialog Shangri-La, Mattis berkata: "Kita menentang negara-negara yang melakukan militerisasi pulau-pulau buatan dan memberlakukan klaim maritim yang berlebihan."
"Kita tidak bisa dan tidak akan menerima perubahan sepihak dan koersif terhadap status quo," cetusnya, seperti dilansir BBC, Sabtu 3 Juni 2017.
Presiden Donald Trump dan pejabat senior AS lainnya telah berulang kali menyatakan bahwa Amerika akan melindungi kepentingannya di Laut China Selatan, sebuah jalur pengapalan penting.
Selama sidang pencalonannya, awal tahun ini, Menteri Luar Negeri Rex Tillerson memperingatkan bahwa AS "harus mengirim China sinyal yang jelas bahwa pertama, pembangunan pulau-pulau dihentikan dan kedua, akses Anda ke pulau-pulau tersebut juga tidak akan diizinkan."
Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri China mengatakan Beijing akan "tetap teguh mempertahankan haknya di wilayah ini".
Namun di Singapura, Menhan Mattis juga membubuhkan catatan positif mengenai hubungan AS-China, dengan mengatakan bahwa meski persaingan antara kedua negara "pasti akan terjadi, konflik bukannya tak terelakkan".
Pertanyaan terbesar di antara delegasi Asia yang menghadiri forum tersebut ialah berapa banyak peran yang akan terus dimainkan AS di wilayah yang semakin tegang ini, wartawan BBC Karishma Vaswani di Singapura melaporkan.
Laporannya menambahkan bahwa Mattis berusaha meyakinkan kalangan mitranya bahwa AS sudah tidak kembali ke Asia.
Apa sengketa Laut China Selatan?
Negara-negara seteru bertikai di wilayah Laut China Selatan selama berabad-abad. Namun ketegangan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Pulau-pulau dan perairannya diklaim sebagian atau seluruhnya oleh Taiwan, China, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei.
Beijing membangun pulau-pulau buatan di terumbu karang dan melakukan patroli angkatan laut di perairan yang juga diklaim oleh negara-negara lain.
Meskipun pemerintahan Barack Obama sebelumnya menegaskan bahwa Amerika netral, ia berbicara keras menentang pembangunan pulau tersebut dan berusaha untuk membangun hubungan dengan, dan di antara, negara-negara Asia Tenggara yang klaimnya tumpang-tindih dengan China.
Pada Juli 2016 sebuah pengadilan internasional memutuskan untuk melawan klaim China, mendukung sebuah kasus yang diajukan oleh Filipina. Tapi Beijing mengatakan bahwa mereka tidak akan menghormati putusan tersebut.
Friksi itu telah memicu kekhawatiran bahwa kawasan ini menjadi titik api dengan konsekuensi global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News