Berbicara kepada para pendukung Partai Republik di luar Washington, Trump mendorong kembali kebijakannya menerapkan "tekanan maksimal" agar Korut menghentikan program nuklir serta misilnya.
"Hari ini kita menjatuhkan sanksi terberat yang pernah dijatuhkan kepada sebuah negara," tutur Trump, seperti dikutip AFP, Jumat 23 Februari 2018.
Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin mengonfirmasi serangkaian sanksi terbaru ini "meliputi semua kapal" milik Korut "yang berstatus operasional."
Sementara itu juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders berharap sanksi terberat ini pada akhirnya dapat mengubah sikap Korut. "Saya pastikan presiden tidak akan membuat kesalahan seperti pemerintahan sebelumnya," sebut Sanders kepada awak media di Pyeongchang.
Pemerintahan Trump bersitegang dengan Korut yang berusaha mengembangkan misil antarbenua berhulu ledak nuklir. Serangkaian sanksi terbaru didesain AS untuk menekan perekonomian Pyongyang yang buruk sejak beberapa tahun terakhir.
Baca: Korut Deklarasikan Sanksi PBB sebagai Aksi Perang
Dalam konferensi pers gabungan dengan Perdana Menteri Australia, Trump mengatakan sanksi ini hanya langkah pertama dalam menghadapi Korut.
"Jika sanksi ini tidak efektif, kami akan masuk ke fase kedua. Fase kedua ini mungkin akan menjadi sesuatu yang keras," ujar Trump tanpa menjelaskan apa yang dimaksud.
Tiongkok, sekutu utama Korut, telah menentang seruan AS mengenai embargo penuh komoditas minyak untuk Korut. Beijing khawatir embargo penuh akan membuat rezim Kim Jong-un runtuh dan memicu kekacauan di kawasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News