Insiden memicu kecaman tajam terhadap Rusia dari Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson.
Dalam sambungan telepon, Tillerson mengatakan kepada Presiden Petro Poroshenko bahwa tindakan Rusia di wilayah timur Ukraina terus menjadi penghalang untuk memperbaiki hubungan AS-Rusia.
"Menlu Tillerson menelepon Presiden Ukraina, membahas kunjungannya baru-baru ini ke Moskow dan pesannya kepada pimpinan Rusia, bahwa meski AS tertarik memperbaiki hubungan dengan Rusia, tindakan Moskow di Ukraina timur tetap menjadi hambatan," kata juru bicara Mark Toner, seperti dikutip South China Morning Post dari AFP, Senin 24 April 2017.
Tillerson menerima ucapan "belasungkawa" Poroshenko atas kematian salah satu warga Negeri Paman Sam di Ukraina.
Tewasnya korban menandai korban pertama dari badan keamanan Misi Pemantauan Khusus (SMM) sejak perang di perbatasan Ukraina meletus lebih dari tiga tahun lalu.
Pemerintah Ukraina dan separatis saling menyalahkan atas kematian pemantau.
Wakil kepala misi pemantauan OSCE mengatakan bahwa patroli terdiri enam anggota yang menaiki dua kendaraan lapis baja di dekat desa Pryshyb, sebuah wilayah pemberontak yang terlepas dari kekuasaan separatis Lugansk.
"Ledakan tersebut menyebabkan kematian seorang anggota patroli OSCE, warga AS," kata Alexander Hug kepada wartawan di Kyiv.
Dia juga mengatakan bahwa dua orang lainnya -- seorang Jerman dan seorang berkebangsaan Ceko -- terluka dan "menjalani evaluasi lebih lanjut" di sebuah rumah sakit Lugasnk.
OSCE menyebutkan mereka tidak akan merilis nama-nama korban sampai keluarga mereka diberi tahu. "Kami bertekad terus menjalankan mandat kami," tegas Hug.
Gencatan Senjata
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menulis tweet soal reaksinya terhadap insiden tersebut.
"Investigasi menyeluruh diperlukan untuk kejadian tragis @OSCE_SMM di E #Ukraine. Gerakan keamanan & kebebasan harus dijaga," tulis dia.
Kanselir Jerman Angela Merkel berkata, ledakan tersebut menggarisbawahi perlunya pihak yang bertikai untuk "menghormati" kesepakatan gencatan senjata yang telah lama diabaikan.
Gencatan senjata telah disepakati Moskow dan Kiev dengan dibantu Paris dan Berlin pada Februari 2015.
"Kelompok separatis yang didukung Rusia secara ilegal menduduki wilayah Ukraina dan perlu bertanggung jawab (atas peristiwa terbaru)," tegas Merkel dalam sebuah pernyataan.
Kepala urusan luar negeri Uni Eropa Federica Mogherini menguraikan bahwa insiden tersebut merupakan "pengingat untuk segera menyelesaikan konflik secara damai."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News