Lewat serangan cyber, Rusia mencoba mengusik proses pemilihan umum presiden AS yang akan mencapai puncaknya pada 8 November mendatang.
"Kami akan mengambil tindakan untuk melindungi kepentingan kami, termasuk dunia maya. Analis sudah membuktikan bahwa serangan cyber berasal dari Rusia," ucap salah seorang pejabat AS, seperti dikutip AFP, Sabtu (8/10/2016).
"Kami yakin, berdasarkan lingkup dan sensitivitas dari upaya ini, hanya pejabat senior Rusia yang bisa melakukan ini," lanjutnya lagi.
Pernyataan AS ini mengarah pada pengungkapan peretasan e-mail yang dilakukan WikiLeaks yang menunjukkan bahwa Rusia adalah pelakunya.
"Ini pencurian. Ancaman yang sangat serius. Sangat mengganggu proses pemilu kami," tegas pejabat itu lagi.
FBI pun telah menyelidiki kebocoran e-mail Komite Nasional Demokrat yang diterbitkan WikiLeaks pada Juli lalu. Pada penyelidikan tersebut, kelompok peretas yang menggunakan nama Guccifer 2.0 mengklaim bahwa mereka berhasil menyusup ke Clinton Foundation, yang dipimpin oleh mantan Presiden AS, Bill Clinton.
"Namun, kami terus mendesak pejabat pemilu negara bagian untuk waspada dan mencari bantuan cyber security. Sejumlah negara bagian sudah melakukannya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News