Penembakan terjadi di kota Grantsville, di pinggir dari ibu kota Utah, Salt Lake City. "Petugas datang dan menemukan empat korban tewas," ucap seorang polisi Grantsville, Rhonda Fields, dikutip dari AFP, Sabtu 18 Januari 2020.
Fields mengatakan polisi telah menghubungi kerabat dari keempat korban tewas. Sementara korban kelima yang masih bertahan hidup telah dilarikan ke rumah sakit.
Sejumlah media lokal menyebut pelaku dan para korban berasal dari satu keluarga. Fields tidak mengonfirmasi laporan tersebut.
"Kami terpukul usai mendengar berita dari Grantsville malam ini. Kami turut berduka atas hilangnya nyawa orang tak berdosa," kata Gubernur Utah Gary Herbert via Twitter.
Akhir Desember lalu, penembakan di sebuah gereja di Texas menewaskan satu orang dan melukai satu lainnya. Pada November 2017, seorang pria bersenjata menembak mati 26 jemaah selama kebaktian di sebuah gereja Baptis di Sutherland Springs, Texas, di luar San Antonio.
Hampir setahun kemudian, pada Oktober 2018, seorang penembak antiSemit membunuh 11 orang di sebuah sinagog di Pittsburgh.
Jumlah penembakan massal di AS tahun lalu disebut-sebut sebagai yang terburuk dalam sejarah negara tersebut. Berdasarkan data yang disusun oleh Associated Press (AP), USA Today dan Northeastern University, terdapat 41 insiden pembunuhan massal di AS tahun ini, dengan total kematian mencapai 211.
Pembunuhan massal dalam data ini didefinisikan sebagai peristiwa terbunuhnya empat orang atau lebih dalam satu insiden yang sama -- tidak termasuk pelaku.
Dari deretan peristiwa di AS sepanjang 2019, yang terburuk adalah pembunuhan 12 orang di Virginia Beach di bulan Mei dan 22 lainnya di El Paso pada Agustus 2019.
Kepemilikan senjata api di AS dilindungi Amandemen Kedua dalam konstitusi Negeri Paman Sam. Meningkatnya angka penembakan massal kurang berdampak signifikan dalam mendorong para pejabat AS untuk melakukan reformasi kepemilikan senjata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News