Mike Pompeo resmi menjabat sebagai Menlu Amerika Serikat (Foto: AFP).
Mike Pompeo resmi menjabat sebagai Menlu Amerika Serikat (Foto: AFP).

Dilantik sebagai Menlu AS, Mike Pompeo Akan Kunjungi Timteng

Fajar Nugraha • 27 April 2018 11:56
Washington: Mantan Direktur CIA Mike Pompeo diambil sumpahnya sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) ke-70. Misi pertama Pompeo adalah melakukan perjalanan ke Eropa dan Timur Tengah.
 
Sebelum diambil sumpah, Pompeo harus menghadapi perlawanan keras di Senat khususnya dari pihak Demokrat. Bagi Demokrat, pemilihan Pompeo sebagai Menlu AS hanya akan menambah bahan bakar bagi kebijakan luar negeri yang agresif dari Trump.
 
Tetapi pada akhirnya, tokoh berusia 54 ini bisa membalikan keadaan dengan memenangkan dukungan senat dengan suara 57 mendukung sementara 42 lainnya menolak.
 
Kemudian setelah memenangkan dukungan Senat, Hakim Mahkamah Agung Samuel Alito mengambil sumpahnya di Gedung Putih pada Kamis 26 April 2018.
 
Kementerian Luar Negeri AS mengumumkan bahwa Pompeo akan memimpin delegasi AS ke pertemuan Menlu North Atlantic Treaty Organization (NATO) di Brussels, pada Jumat 27 April 2018 ini.
 
"Setelah Eropa, Menlu Pompeo akan melakukan kunjungan ke Israel, Yordan dan Arab Saudi, sebuah kunjungan yang merefleksikan bahwa mereka adalah sekutu kunci yang amat penting di kawasan," ujar Juru Bicara Kemenlu AS Heather Nauert, seperti dikutip AFP, Jumat 28 April 2018.
 
Kepercayaan Trump
 
Presiden Donald Trump menganggap Mike Pompeo sebagai patriot dengan berbagai bakat mengagumkan. Pompeo bagi Trump memiliki kepintaran dan energi yang sangat besar untuk memimpin Kementerian Luar Negeri AS.
 
"Dia akan selalu menjadikan kepentingan Amerika sebagai yang utama. Dia kepercayaan saya dan pendukung kuat saya," tegas Trump.
 
Setelah pelantikan, Pompeo mengatakan merasa terhormat dengan tanggungjawab barunya.
 
"Saya tidak sabar untuk melayani rakyat Amerika dan akan langsung bekerja," tutur Pompeo.
 
Pompeo menggantikan Rex Tillerson yang dipecat Maret lalu. Tillerson dipecat setelah beberapa kali terlibat ketegangan dengan Gedung Putih dan memicu kekacauan di Kemenlu AS.
 
Tillerson sendiri dianggap sebagai suara perubahan di pemerintahan Trump. Sementara Pompeo dinilai sebagai sosok yang bisa bekerja sama dengan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih yang baru, John Bolton demi mendukung kebijakan luar negeri Trump yang agresif.
 
Menjanjikan diplomasi elegan
 
Dalam pertikaian ketat saat nominasi di Senat, pihak Demokrat menuduh Pompeo mendukung sentimen anti-Muslim dan homofobia.
 
Ketika menghadapi Senat, Pompeo menolak tuduhan tersebut. Pria lulusan Akademi Militer Westpoin ini akan memfokuskan pada solusi diplomatik dalam menghadapi setiap masalah.
 
"Salah satu nilai dari diplomasi negara ini adalah meningkatkan peluang menyelesaikan masalah dengan cara damai, tanpa melepaskan tembakan," jelas Pompeo.
 
Sekali lagi Pompeo menegaskan bahwa dirinya akan mengembalikan marwah diplomasi Amerika Serikat yang elegan.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan