Perusahaan konsultan politik diduga gunakan Facebook untuk dulang suara bagi Donald Trump di Pilpres 2016 (Foto: AFP).
Perusahaan konsultan politik diduga gunakan Facebook untuk dulang suara bagi Donald Trump di Pilpres 2016 (Foto: AFP).

50 Juta Data Facebook Dipakai untuk Dulang Suara Trump di Pilpres

Marcheilla Ariesta • 20 Maret 2018 19:07
Washington: Konsultan politik Cambridge Analytica dilaporkan menggunakan data pribadi 50 juta pengguna Facebook, untuk mengembangkan teknik pendulangan suara kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 2016.
 
Hal ini menyebabkan saham Facebook turun hingga tujuh persen pada Senin 19 Maret 2018 sore waktu setempat.
 
Facebook mengatakan pihaknya telah menyewa perusahaan forensik digital Stroz Friedberg untuk audit Cambridge Analytica. Kepada Washington Post, Selasa 20 Maret 2018, Facebook mengatakan pihaknya setuju untuk memberikan akses lengkap pada server forensik Stroz Friedberg.
 
Mereka menambahkan sudah menangguhkan akun-akun dari Strategic Communication Laboratories, perusahaan induk Cambridge Analytica. Tak hanya itu, akun dari psikolog Universitas Cambridge Aleksandr Kogan dan Christopher Wylie dari Eunoia Technologies juga sudah ditangguhkan.
 
Facebook menuturkan Kogan meminta dan memperoleh akses ke informasi dari 270 ribu pengguna media sosial itu, setelah para pengguna memilij mengunduh aplikasinya. Aplikasi tersebut bernama 'This is Your Digital Life'.
 
Aplikasi itu menawarkan prediksi kepribadian para pengguna Facebook sebagai aplikasi penelitian yang digunakan psikolog. Awalnya aplikasi ini disukai para pengguna, namun Kogan melanggar kebijakan Facebook dengan meneruskan informasinke Cambrige Analytica dan Wylie.
 
"Kami (Facebook) bergerak agresif untuk menentukan keakuratan klaim ini. Jika benar, maka mereka melanggar kepercayaan dan hal tersebut tidak dapat diterima dengan komitmen yang telah mereka buat," ucap perwakilan Facebook.
 
"Kami menangguhkan akun Cambridge Analytica, Wylie dan Kogan sambil menunggu informasi lebih lanjut," terangnya.
 
Cambridge Analytica tidak menanggapi hal tersebut. Dan metode pengambilan data mereka dikritik perusahaan lain.
 
"Cambridge melebih-lebihkan kemampuan mereka karena bermain dalam bayang-bayang. Mereka rela menipu dan mengabaikan privasi supaya bisa menang," ucap analis media sosial Jonathan Albright yang juga direktur riset Pusat Komunikasi Digital Universitas Colombia.
 
Facebook sendiri telah menghadapi panggilan Kongres AS, mengenai perlindungan data pribadi. Senator Republik John Kennedy meminta bos Facebook Mark Zuckerberg untuk bersaksi di depan Kongres, sementara Senator Demokrat Ron Wyden mengirim surat kepadanya mengenai kebijakan perusahaan untuk berbagi data pengguna dengan pihak ketiga.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan