Menurut laporan itu, semua keuangan agen FBI diawasi ketat. Jika ada seorang agen yang telat membayar suatu utang karena belum mendapat gaji, maka izin keamanannya terancam dibekukan atau bahkan didiskualifikasi dari investigasi kasus tertentu.
"Karena kurangnya dana, saya tidak dapat pergi ke negara-negara yang menjadi wilayah tanggung jawab saya. Ini artinya, aktivitas berbagi informasi dan hubungan dengan mitra asing menjadi melemah," kata seorang agen yang enggam disebutkan namanya.
Dilansir dari laman UPI, Selasa 22 Januari 2019, laporan setebal 72 halaman itu juga menyebutkan secara detail bahwa para agen FBI bahkan tidak dapat membeli kartu SIM telepon untuk berkomunikasi dengan sejumlah sumber. Tidak hanya itu, kurangnya pendanaan juga membuat pelatihan anti-terorisme dibatalkan dan hubungan FBi dengan kepolisian lokal menjadi renggang.
Dalam sebuah kasus, FBI tidak dapat membantu kepolisian dalam mengancam DNA dari sebuah lokasi kejahatan. Padahal DNA itu dapat membantu mengidentifikasi korban atau bahkan pelaku.
Satu dampak lain yang mungkin terjadi akibat shutdown adalah, FBI kesulitan merekrut pegawai atau menyewa jasa "profesional." Shutdown juga dapat membuat para agen berpikir kembali mengenai masa depan mereka di FBI.
"Kami menyuarakan suara dari (agen) lapangan kami, untuk memastikan bahwa para pemimpin di atas sana dan masyarakat mengenai bahwa sumber daya untuk mendukung kerja FBI sekarang sudah semakin menyusut," ucap Presiden Asosiasi Agen FBI, Thomas O'Connor.
Baca: Shutdown Berkepanjangan, PNS AS Andalkan Makanan Gratis
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News