Dalam pernyataan via Twitter menjelang malam Tahun Baru, Trump menegaskan bahwa Iran harus "membayar harga yang sangat mahal" atas segala kerusakan atau jatuhnya korban jiwa.
"Ini bukan peringatan, ini ancaman," ungkap Trump, dikutip dari BBC, Rabu 1 Januari 2020.
Massa membakar sebuah pos keamanan dan menerobos masuk ke area resepsi kompleks Kedubes AS di Baghdad. Petugas keamanan pun menembakkan gas air mata untuk membubarkan para pedemo.
Sementara itu, Iran membantah pernyataan Trump yang menuding penyerangan di area kedubes di Baghdad dikendalikan dari Teheran. Iran menilai tudingan AS sebagai klaim tak berdasar dan juga "lancang."
Kataib Hezbollah, grup milisi yang diserang AS, memiliki basis kekuatan di Irak barat dan Suriah timur. AS mengaku menyerang grup tersebut sebagai balasan atas kematian seorang kontraktor Negeri Paman Sam di Irak pada Jumat 27 Desember.
Serangan udara AS terhadap Kataib Hezbollah dilancarkan pada Minggu 29 Desember. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 25 milisi.
Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi menegaskan bahwa serangan udara tersebut merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan negaranya. Sementara kepala milisi Kataib Hezbollah, Abu Mahdi al-Muhandis, memperingatkan AS bahwa pihaknya akan "merespons keras terhadap pasukan AS di Irak."
Rekaman video di internet memperlihatkan pengunjuk rasa memecahkan kaca, membakar sejumlah benda di luar gerbang dan melempari batu melewati tembok kedubes. "Kedutaan besar ditutup total," ujar seorang juru bicara Kedubes AS di Irak kepada CNN.
Duta Besar AS untuk Irak Matthew Tueller tengah berlibur selama lebih dari satu pekan. Namun Kemenlu AS menegaskan bahwa Tueller telah mengakhiri masa liburan dan sedang bertolak menuju kedubes di Irak.
Jubir Gedung Putih Stephanie Grisham mengatakan aksi protes di Baghdad ini sebagai penanda meningkatnya ketegangan antara Washington dan Teheran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News