Otoritas Bolivia tidak melaporkan adanya kematian apapun dalam unjuk rasa di luar Cochabamba, meski mengaku telah menahan 100 orang.
Direktur rumah sakit Bolivia, Guadalberto Lara, mengatakan bahwa lima orang tewas dan 75 lainnya terluka akibat bentrokan di kota Sacaba. Ia menambahkan bahwa luka tembak ditemukan di sebagian besar korban tewas.
Lara, 65, menyebut bahwa bentrokan ini adalah aksi kekerasan terburuk yang pernah dilihatnya selama 30 tahun berkarier sebagai dokter.
Sebelum terjadi bentrokan, ribuan pengunjuk rasa yang berasal dari etnis pribumi berunjuk rasa secara damai di Sacaba pada pagi hari. Bentrokan terjadi saat para pedemo berusaha menyeberangi sebuah pos pemeriksaan militer di dekat kota Cochamba.
Sebelumnya, Morales mengatakan bahwa pemilihan umum terbaru di Bolivia dapat digelar tanpa dirinya.
"Demo demokrasi, jika mereka memang tidak ingin saya ikut pemilu, maka saya tidak akan emgnikutinya," ujar Morales di Meksiko.
Ia mengaku tidak tahu siapa yang akan jadi kandidat dari partainya, Movement for Socialism (MAS). Menurutnya, semua itu tergantung kehendak rakyat.
Morales mengaku ingin kembali ke Bolivia begitu surat pengunduran dirinya telah disetujui badan legislatif. "Jika sudah disetujui, maka saya bisa pulang ke Bolivia sebagai warga biasa," ungkap MOrales.
Pengunduran diri Morales terjadi di tengah gelombang unjuk rasa yang telah berlangsung hampir satu bulan. Ia mengaku terpaksa mundur agar aparat keamanan tidak lagi menyakiti masyarakat.
Seorang senator wanita Bolivia, Jeanine Anez, telah mendeklarasikan diri sebagai presiden interim. Ia menegaskan prioritasnya adalah menggelar pemilu demi memulihkan stabilitas Bolivia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News