medcom.id, Washington: Penasihat Keamanan Dalam Negeri Gedung Putih, Michael Flynn, memutuskan untuk mengundurkan diri. Keputusan diambil menyusul muncul kekisruhan terkait rencana pencabutan sanksi dari Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia.
Flynn dalam sorotan ketika muncul pertanyaan mengenai kemungkinan dirinya membahas pencabutan sanksi itu, sebelum Trump menjabat sebagai Presiden ke-45 AS.
Menurut kabar, Flynn menyerahkan surat pengunduran dirinya beberapa jam setelah Trump mengatakan tengah mengkaji situasi saat ini. Flynn juga melakukan pembicaraan dengan dengan Wakil Presiden Mike Pence. Kepada Pence, Flynn menegaskan bahwa dia tidak membahas sanksi dengan Rusia tetapi kemudian, hal tersebut justru muncul di permukaan.
"Sayang karena kondisi yang saat ini berjalan dengan cepat, saya memberikan penjelasan yang tidak lengkap mengenai telepon bersama Duta Besar Rusia. Saya menyampaikan permintaan maaf kepada Presiden dan Wapres dan mereka menerimanya," ucap Flynn dalam surat pengunduran dirinya, seperti dikutip Reuters, Selasa 14 Februari 2017.
Untuk sementara, posisi Flynn akan dipegang oleh Jenderal (purn) Keith Kellog yang menjadi Kepala Dewan Keamanan Nasonal Gedung Putih. Pihak Gedung Putih kini mempertimbangkan mantan Direktur CIA, David Petraus sebagai pengganti Flynn.
Mundurnya Flynn berlangsung di saat adanya laporan dari Kementerian Hukum AS yang memperingatkan Gedung Putih, bahwa Flynn dianggap rapuh terhadap pemerasan karena kontak dengan pejabat Rusia sebelum Trump dilantik.
Sebelumnya, mantan pelaksana tugas Jaksa Agung AS Sally Yates menyebutkan bahwa Flynn telah memberikan informasi yang menyimpang kepada Gedung Putih, terkait komunikasinya dengan Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat.
Menurut Yates, Flynn mungkin telah menempatkan dirinya dalam posisi kompromi dan bisa menyebabkan dirinya mudah untuk diperas. Yates kemudian dipecat karena melawan perintah eksekutif Trump, yang melarang masuknya warga dan pengungsi dari tujuh negara Muslim.
Sebagai pendukung Trump, Flynn dikenal sejalan dengan Trump yang ingin mengubah peta kekuatan yang ada di Washington. Pensiunan Letnan Jenderal Angkatan Darat AS itu kerap membuat banyak pihak keheranan atas anjurannya kepada Trump untuk menghangatkan kembali hubungan dengan Rusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News