Hal ini diungkapkan Maduro lantaran AS memberikan sanksi ekonomi pada mereka.
"Akan ada hari dimana mereka tidak dapat membeli minyak kita, kita hanya mengambil barang-barang dan kita akan menjual minyak kita ke Asia. Ini (sanksi) bukan masalah besar," ujarnya, seperti dikutip dari laman AFP, Rabu, 29 November 2017.
Maduro mengaku selama ini masih mempertahankan AS yang telah melakukan 'penganiayaan finansial' terhadap Caracas, lantaran negara tersebut mendapat sebagian besar pendapatan dari penjualan minyak di pasar internasional.
Namun, perusahaan minyak terbesar di Caracas, PDVSA dan Venezuela dinyatakan gagal dalam selektif karena tidak memenuhi pembayaran obligasi pada waktunya. Maduro ingin menegosiasikan kembali beberapa utang luar negeri Venezuela senilai USD150 miliar, 30 persennya berasal dari PDVSA.
Sayangnya, sanksi AS tersebut malah memberi label Maduro seorang diktator. Hal ini disebabkan dia melarang individu dan bank AS untuk membeli obligasi Venezuela baru.
"Tuan Presiden Donald Trump, Anda yang memutuskan. Jika ingin kami terus menjual minyak, kami akan jual. Namun jika Anda mulai mendengar para 'ekstremis' kanan, Venezuela akan merebut kapal kecil dan mengambil minyak di seluruh dunia, dan kami akan menjualnya dengan harga sama ke tempat lain," imbuhnya.
Krisis ekonomi berkepanjangan telah membawa kelangkaan pangan, obat-obatan dan produksi industri yang melumpuhkan dan mendorong inflasi yang dapat mencapai 1.000 persen. Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan, hal ini bahkan dapat mencapai 2.300 persen tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id