Klaim itu datang setelah Mateen bersumpah setia kepada ISIS melalui panggilan darurat 911. Sumpah itu ia ucapkan sebelum melakukan aksi jahatnya.
Laporan tersebut memang belum bisa segera dikonfirmasi, namun deklarasi kesetiaan telah menjadi ciri khas dari serangan terakhir para simpatisan ISIS, termasuk penembakan San Bernardino pada Desember tahun lalu.
Dengan tindaknnya itu, ISIS mencoba menginspirasi para pengikutnya agar mau melakukan serangan baik dengan atau tanpa dukungan ISIS.
Penembakan massal di klub malam Pulse pada hari Minggu terjadi beberapa minggu setelah seorang pejabat ISIS mengeluarkan seruan untuk serangan di seluruh dunia selama bulan suci Ramadhan, yang dimulai pada 6 Juni.
Dalam sebuah rekaman yang dirilis pada 22 Mei, juru bicara ISIS Abu Muhammad al-Adnani menyerukan, satu bulan bencana di mana-mana untuk non-Muslim. Terutama untuk para pejuang dan pendukung khalifah di Eropa dan Amerika,” sambung Adnani seperti yang dikutip dari TIME, Senin, (13/6/2016).
Sementara itu, ayah Mateen, Mir Seddique dalam wawancara bersama NBC News meyakini penembakan brutal yang dilakukan anaknya tidak ada hubungannya dengan agama yang dianutnya, Muslim.
"Ini tidak ada hubungannya dengan agama," kata Mir dikutip dari AFP, Senin (13/6/2016)
Seddique menyebut baru-baru ini Mateen menyaksikan pasangan sesama jenis saling merangkul di pusat kota Miami. Dia menduga, Mateen melakukan pembunuhan brutal lantaran didorong ketidaksukaannya dengan penyuka sesama jenis.
"Dia melihat dua orang pria saling berciuman di depan istri dan anak-anaknya dan dia sangat marah," ungkap Seddique.
Sebelumnya Mateen menyerang sebuah klub LGBT di Orlando sekira pukul 02.00 Minggu 12 Juni. Dengan membabi buta dia menembak pengunjung menggunakan senapan jenis serbu dan pistol.
Akibat penembakan itu 50 orang tewas dan 53 orang luka-luka. Polisi setempat mengkategorikan sebagai tindakan domestic terrorism.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News