Brasil sebenarnya diproyeksikan menjadi tuan rumah COP25, namun telah menolak tawaran tersebut lebih dari setahun lalu. Kala itu, Brasil beralasan tidak memiliki anggaran untuk menjadi tuan rumah.
"Saya tidak tahu mengapa orang-orang tidak dapat memahami bahwa (COP25) itu hanya sebuah permainan komersil," kata Bolsonaro kepada awak media di luar kediamannya di Brasilia, dikutip dari AFP.
Mengenai permainan komersil, Bolsonaro menuding negara-negara kaya di benua Eropa sebagai para pemainnya. "Saya ingin tahu. Apakah pernah ada resolusi agar Eropa menjalankan gerakan penananam hutan? Atau jangan-jangan mereka semua hanya ingin mengganggu Brasil?" tanya Bolsonaro.
Pernyataan Bolsonaro diyakini merujuk pada gelombang kritik, termasuk dari beberapa negara di Eropa, terkait penanganan kebakaran hutan Amazon.
Selain Bolsonaro, Menteri Lingkungan Hidup Brasil Ricardo Salles juga mengkritik hasil COP25. "Negara-negara kaya tidak mau mengeluarkan uang," tulis Salles di Twitter.
Salles, yang menjadi perwakilan Brasil dalam COP25, menyayangkan minimnya kemajuan dalam bidang pasar karbon. Isu pasar karbon ini belum terselesaikan di Madrid, dan akan kembali dibahas dalam KTT iklim berikutnya tahun depan.
Belum ada terobosan berarti yang berpotensi diadopsi dalam KTT iklim tahun ini. Namun sejumlah pengamat melihat adanya semangat kerja sama serta kesediaan untuk mengimplementasikan Perjanjian Iklim Paris, atau komitmen membatasi penaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius.
KTT iklim berikutnya akan digelar di Glasgow, Skotlandia, pada November 2020. Negara-negara dunia akan kembali berkumpul untuk memperkuat komitmen mereka dapat memangkas emisi karbon yang diatur di bawah Perjanjian Iklim Paris.
Jika komitmen terhadap Perjanjian Iklim Paris terus berlanjut di level seperti saat ini, sejumlah studi memprediksi suhu global akan naik 3 derajat Celcius. Angka tersebut melampaui batas aman yang disebutkan dalam Perjanjian Iklim Paris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News