Polisi menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa yang melemparkan batu dan bom di dekat kursi pemerintah di Ibu Kota Quito.
“Pemerintah harus mengambil langkah untuk melindungi keamanan warga dan untuk menghindari kekacauan,” ujar Moreno, seperti dikutip AFP, Jumat, 4 Oktober 2019.
Protes-,yang terbesar dalam satu dekade,- dipimpin oleh pekerja sektor transportasi tetapi termasuk siswa dan kelompok lain.
Aksi ini melumpuhkan transportasi umum di beberapa daerah. Sementara bentrokan antara polisi dan demonstran menghalangi jalan.
Menteri Dalam Negeri Maria Paula Romo mengatakan 45 orang ditangkap. Tidak ada angka yang tersedia untuk jumlah orang yang terluka tetapi beberapa fotografer pers terluka selama bentrokan.
Demonstrasi tersebut muncul sebagai tanggapan terhadap kenaikan harga bahan bakar hingga 120 persen, yang mulai berlaku pada Kamis setelah pemerintah menghapuskan subsidi. Penghapusan ini merupakan sebagai bagian dari perjanjian dengan Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) untuk memperoleh pinjaman meskipun terdapat hutang publik yang tinggi.
Dikabarkan dengan perubahan ini, harga satu galon solar naik dari USD1,03 atau sekitar Rp14.500 menjadi USD2,30 atau sekitar Rp32.500. Sementara bensin reguler naik dari USD1,85 atau sekitar Rp26.000 menjadi USD2,40 atau Rp33.900. Harga bensin premium sudah naik setahun yang lalu.
Subsidi itu menghabiskan biaya pemerintah USD1,3 miliar per tahun. Perjanjian IMF, yang ditandatangani pada bulan Maret, memungkinkan Ekuador untuk meminjam USD4,2 miliar.
Moreno menyalahkan kehancuran keuangan Ekuador pada pendahulunya, Rafael Correa, yang mencari suaka di Belgia.
“Tindakan darurat memungkinkan pemerintah untuk membatasi pergerakan, untuk menggunakan angkatan bersenjata untuk menjaga ketertiban dan untuk menyensor pers. Ini akan berlaku selama 60 hari, setelah itu dapat diperpanjang selama 30 hari lebih lanjut,” tegas pemerintah.
Penangguhan kelas sekolah diperpanjang hingga Jumat, sementara bus dan taksi berhenti beroperasi di Quito dan kota-kota besar lainnya. Serikat pekerja dan organisasi masyarakat adat juga merencanakan protes.
Moreno mengatakan dia tidak akan membiarkan para pedemo untuk memaksakan kekacauan dan juga menyerukan diakhirinya "tindakan vandalisme dan tindakan kekerasan."
Antara 1996 dan 2007, protes massa jalanan memaksa pengunduran diri tiga presiden - periode yang bergejolak di mana Ekuador memiliki total tujuh pemegang jabatan tertinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News