Donald J. Trump (Kiri) dan Kamala Harris (Kanan). (AFP)
Donald J. Trump (Kiri) dan Kamala Harris (Kanan). (AFP)

Trump Bela Rencana Tarif Impor Perdagangan sampai 60%, Bagaimana Nasib Indonesia?

Riza Aslam Khaeron • 11 September 2024 20:14
Washington DC: Calon Presiden (Capres) Amerika Serikat (AS), Donald J. Trump, pada debat capres yang dilakukan hari Selasa, 10 September 2024, membela rencananya untuk meningkatkan tarif impor yang mencapai 60%.
 
Dalam debat tersebut, Wakil Presiden AS Kamala Harris menyebut Trump memiliki "Pajak Penjualan Trump" untuk semua barang-barang baku. Trump mengklarifikasi bahwa yang dimaksud Kamala Harris adalah tarif perdagangan dan membela kebijakan tersebut.
 
"Semua negara akhirnya, setelah 75 tahun, membayar kembali apa yang telah kita lakukan untuk mereka, dan tarif ini akan memberikan kita banyak keuntungan," ujar mantan presiden tersebut. Dia menambahkan bahwa pada masa pemerintahannya, AS telah mengambil "miliaran dan miliaran dolar" dari Tiongkok.

Meskipun Kamala Harris mengatakan bahwa Trump akan menaikkan tarif hingga 20%, media AS seperti CNBC melaporkan bahwa Donald Trump berencana untuk meningkatkan tarif impor khusus untuk Tiongkok sebesar 60% hingga 100%, yang akan berpotensi memperburuk perang dagang yang dimulainya pada 2018-2019.
 
Baca Juga:
Harris-Trump Berseteru Mengenai Potongan Pajak dan Inflasi

Banyak tkonom, termasuk peraih penghargaan Nobel, menulis surat pada bulan Juni yang menyatakan bahwa kebijakan Trump tersebut akan meningkatkan inflasi. Salah satu penulis surat tersebut ialah Joseph Stiglitz, pemenang Nobel Ekonomi pada 2001.
 
Trump menegaskan bahwa kebijakannya tidak akan membebankan warga AS, melainkan rakyat Tiongkok yang akan menghadapi inflasi.
 
"Yang akan menghadapi kenaikan harga adalah Tiongkok, dan semua negara yang telah menipu kita selama bertahun-tahun," kata Trump.
 
Trump kemudian membela diri dengan mengatakan bahwa meskipun Kamala Harris menuduh kebijakannya memberikan "defisit perdagangan", administrasi Presiden Joe Biden tetap menerapkan kebijakan-kebijakannya.
 
Ucapan tersebut hampir benar. Berdasarkan laporan Tax Foundation pada April 2024, administrasi Biden tetap mengimplementasikan sebagian besar kebijakan tarif Donald Trump, terutama pada impor besi dan aluminium dari Tiongkok.

Bagaimana Nasib Indonesia?


Meskipun Indonesia bukan merupakan fokus dari kebijakan AS, kebijakan ini dapat berdampak secara langsung terhadap perdagangan kita. Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar Indonesia selama bertahun-tahun, dan kenaikan tarif impor AS terhadap Tiongkok dapat menimbulkan spillover effect terhadap Indonesia.
 
Tim Pengamat Ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair) melakukan simulasi pada tahun 2022 yang menerapkan tarif sebesar 25%, mendekati apa yang diterapkan Tiongkok dan AS pada tahun 2020. Hasilnya menunjukkan penurunan ekspor Indonesia ke pasar AS melalui Tiongkok sebesar USD 330 juta, sedangkan untuk Tiongkok melalui AS, penurunannya mencapai USD 17 miliar.
 
Tim Unair juga menyatakan bahwa perubahan 1% pada harga ekspor Tiongkok akan menyebabkan kenaikan harga barang Indonesia sebesar 0,19%.
 
Jika Trump memenangkan pemilu AS pada bulan November dan menerapkan kebijakan tarif impor sebesar 60-100%, hal ini kemungkinan akan berdampak negatif pada neraca perdagangan Indonesia. Meskipun demikian, kita harus menunggu pendapat para pengamat ekonomi dan pemerintah terkait perkembangan terbaru ini, yang sejauh ini belum mengeluarkan pernyataan resmi.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan