Pos pengawas milik AS di dekat kota Kobane, Suriah. (Foto: AFP/OZAN KOSE)
Pos pengawas milik AS di dekat kota Kobane, Suriah. (Foto: AFP/OZAN KOSE)

AS Tinggalkan Puluhan Tahanan ISIS di Suriah

Arpan Rahman • 14 Oktober 2019 11:59
Washington: Militer Amerika Serikat mengaku belum dapat menjalankan rencana memindahkan sekitar 60 tahanan "bernilai tinggi" kelompok militan Islamic State (ISIS) dari sejumlah penjara di Suriah.
 
Mengutip dua pejabat Amerika, surat kabar The New York Times (NYT) melaporkan pada Minggu 13 Oktober bahwa puluhan tahanan itu belum dapat ditransfer sebelum Kementerian Pertahanan AS atau Pentagon menarik semua pasukannya dari Suriah utara.
 
Dilansir dari NDTV, Senin 14 Oktober 2019, pernyataan militer AS muncul saat Turki melanjutkan operasi militernya dalam menghadapi pasukan Kurdi di Suriah utara. Sejumlah pihak khawatir invasi Turki ini dapat membuat banyak tahanan ISIS terbebas dari penjara.

Dalam laporannya, NYT menyebut ratusan simpatisan ISIS telah melarikan diri dari kamp detensi berkeamanan rendah di Suriah utara usai Turki meluncurkan operasi militer pada 9 Oktober.
 
Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengaku telah memerintahkan agar 1.000 personel militer Washington ditarik dari Suriah utara. Penarikan diperintahkan usai AS mengetahui bahwa Turki terus meningkatkan operasi militernya, jauh ke dalam wilayah Suriah.
 
Sementara itu, kelompok Kurdi telah mencapai kesepakatan dengan Pemerintah Suriah untuk menghadapi invasi pasukan Turki. Perjanjian ini mengatur mengenai pengiriman pasukan Suriah ke wilayah yang berbatasan dengan Turki.
 
"Untuk mencegah dan menghadapi agresi (Turki) ini, sebuah perjanjian telah dicapai dengan Pemerintah Suriah," ujar pernyataan otoritas Kurdi.
 
"Nantinya Pemerintah Suriah akan mengirim pasukannya ke wilayah perbatasan untuk membantu Pasukan Demokratik Suriah (SDF)," lanjutnya.
 
Kantor berita SANA juga telah melaporkan bahwa pasukan Suriah telah dikirim ke wilayah utara untuk "menghadapi agresi Turki."
 
Dalam sebuah editorial di majalah Foreign Policy, Kepala SDF Mazlum Abdi menulis: "Jika kami harus memilih antara kompromi dan genosida, maka tentu kan akan memilih menyelamatkan warga kami semua."
 
Otoritas Kurdi dan sejumlah negara telah memperingatkan Turki bahwa invasi ke Suriah dapat memicu krisis kemanusiaan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan