Presiden AS Donald Trump terancam dimakzulkan. Foto: AFP
Presiden AS Donald Trump terancam dimakzulkan. Foto: AFP

Serius Soal Pemakzulan, Demokrat Kukuh Periksa Trump

Arpan Rahman • 03 Oktober 2019 17:13
Washington: Donald Trump dituduh ‘menghasut untuk melakukan kekerasan’ dan diancam tuduhan menghalangi penyelidikan atas pemakzulan. Ketika Presiden Amerika Serikat itu melancarkan serangan balasan agresif terhadap para pemimpin Demokrat dan pembocor rahasia yang memicu penyelidikan.
 
"Kami tidak main-main di sini," Adam Schiff, ketua komite intelijen DPR, mengatakan di Washington pada Rabu waktu setempat.
 
Elijah Cummings, ketua komite pengawas DPR, mengungkapkan bahwa mereka akan mengeluarkan panggilan pengadilan ke Gedung Putih jika gagal menyerahkan dokumen ihwal kontak dengan Ukraina pada Jumat.

"Saya tidak mengambil langkah ini dengan enteng," kata Cummings, menyebutkan Gedung Putih menahan permintaan untuk kerja sama selama beberapa pekan.
 
Langkah-langkah investigasi Demokrat telah membuat marah Trump, yang mencuit soal konferensi pers mereka di Capitol Hill.  Dia mengecam proses pemakzulan, dengan tulisan berhuruf besar, sebagai "BULL****” dan kemudian mengulangi klaim ekstrem bahwa Schiff harus diselidiki karena pengkhianatan.
 
Ketua DPR Nancy Pelosi mengumumkan dimulainya penyelidikan pemakzulan delapan hari lalu, dengan fokus pada aduan pembocor yang muncul sepekan sebelumnya tentang panggilan telepon bulan Juli antara Donald Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy.
 
Pengaduan dan memo panggilan telepon yang dikeluarkan oleh Gedung Putih telah dirilis. Isinya menunjukkan bahwa Trump meminta Zelenskiy menyelidiki Joe Biden, saingan utama dalam pilpres 2020, sementara AS menahan bantuan vital dari Ukraina.
 
Schiff bersikeras bahwa penyelidikan tidak akan terhambat oleh upaya-upaya menghalangi oleh presiden termasuk di dalamnya penggunaan bahasa yang mengancam terhadap saksi potensial.
 
"Kami sangat sibuk," kata Schiff. "Kami bekerja dengan saksama tetapi pada saat yang sama kami merasakan urgensi yang nyata di sini."


Menlu AS mengetahui


Komite DPR yang diurus Demokrat mendengar kesaksian dari Inspektur Jenderal Kementerian Luar Negeri AS, pengawas independen, pada Rabu, diikuti oleh mantan utusan khusus di Ukraina pada Kamis, dan mantan duta besar untuk Ukraina pekan depan.
 
Tetapi mereka sedang mengupayakan pemanggilan Menlu Mike Pompeo, tentang deposisi lain oleh pejabat Kemelut AS dan penyerahan dokumen yang relevan.
 
Schiff dan Pelosi mengutuk Trump karena retorika yang ditujukan pada seorang agen rahasia pembocor rahasia yang mengungkapkan rincian panggilan telepon sebagai inti dari proses pemakzulan.
 
Trump menyebut pembocor dan pejabat yang memberikan informasi termasuk dalam pengaduan sebagai "mata-mata" dan menyiratkan bahwa mereka harus menghadapi hukuman mati. 
 
Pejabat senior dan beberapa Republikan terkemuka telah mengkonfirmasi pembocor menggunakan saluran hukum yang direkomendasikan, tetapi Trump mengulangi tuduhan "mata-mata" pada Rabu.
 
Schiff mengatakan presiden terlibat dalam "upaya terang-terangan untuk mengintimidasi saksi".
 
"Itu hasutan kekerasan," katanya, disitat dari Guardian, Kamis 3 Oktober 2019.
 
"Presiden mungkin tidak menyadari betapa berbahayanya pernyataannya," tambah Pelosi.


Amukan Trump


Trump mengeluarkan omelan Twitter yang sarat dengan kata-kata kasar.
 
"Demokrat kurang kerjaan harusnya fokus membangun Negara kita, tidak menyia-nyiakan waktu dan energi semua orang atas BULLSHIT ini, yang telah mereka lakukan sejak saya terpilih di tahun 2016," katanya.
 
Presiden terus berkicau setiap beberapa menit, mengecam Schiff, ia sebut "orang rendahan", sampai tiba saatnya menyambut Presiden Finlandia yang sedang berkunjung Sauli Niinisto. Kemarahan dari komentar Trump mencerminkan bagaimana penyelidikan pemakzulan menghabiskan fokus dan perhatiannya.
 
Pada konferensi pers di akhir pertemuannya dengan Niinisto, Trump, mengulangi salah satu deskripsi diri favoritnya sebagai "saya seorang jenius yang sangat stabil". Seraya berulang kali menolak untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang dia minta Zelenskiy lakukan terkait dengan Biden, dan kehilangan kesabaran pada wartawan yang menanyakannya.
 
"Apakah Anda berbicara dengan saya?" Trump berteriak.  "Apakah kamu mendengarku?" Tuntutnya, memberi tahu wartawan itu untuk mengajukan pertanyaan kepada Presiden Finlandia.
 
Dalam pertarungannya sendiri dengan Kongres, Pompeo terpaksa mengakui pada Rabu bahwa ia ambil bagian dalam panggilan telepon Juli antara Trump dan Zelenskiy.
 
Pompeo membuat pengakuan saat perjalanan ke Roma, setelah partisipasinya dalam panggilan itu telah dilaporkan media AS. Ketika ditanya dalam sebuah wawancara televisi 10 hari lalu tentang percakapan Trump dengan Zelenskiy, Pompeo tampak bingung dan menyiratkan bahwa ia mendengarnya untuk kali pertama.
 
Tetapi dia menyampaikan percakapan itu sebagai bagian dari urusan luar negeri normal, mencoba untuk memperkuat pemerintah Ukraina yang baru terhadap ancaman Rusia. Dia merujuk skandal yang berkembang menelan pemerintahan Trump dengan ‘semua kebisingan ini’.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan