Kedua pemimpin, berbicara via sambungan telepon, juga mendiskusikan "masalah regional Iran," memerangi "terorisme" dan menciptakan zona aman di Suriah dan Yaman. Tidak ada detail yang disebutkan dalam upaya mengimplementasikan sejumlah rencana tersebut.
Pada 2015, Trump menentang perjanjian nuklir yang ditandatangani Iran dan beberapa kekuatan dunia, termasuk AS. Ia pernah berniat membatalkan perjanjian tersebut.
"Trump dan Raja Salman sepakat terhadap pentingnya memperkuat Joint Comprehensive Plan of Action dengan Iran," ujar pernyataan resmi Gedung Putih, seperti disitat AFP.
Beberapa tokoh kunci di pemerintahan Trump secara terbuka menentang Iran, termasuk kandidat menteri luar negeri Rex Tillerson, yang ingin membalikkan perjanjian nuklir Teheran.

Donald Trump dan Raja Salman dari Arab Saudi. (Foto: AFP)
Bulan lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan ada banyak cara untuk "membatalkan" perjanjian nuklir Iran dan dirinya berniat membicarakan hal itu dengan Trump.
Sebelum menanggalkan jabatannya, Barack Obama mengingatkan pihak yang ingin membatalkannya, dengan menekankan "hasil signifikan dan konkret" dari perjanjian tersebut.
Perjanjian pada 2015 membatasi program nuklir Iran. Sebagai gantinya, sejumlah sanksi internasional dicabut dari negara tersebut.
Teheran adalah rival utama dari Washington dan Riyadh. Selama ini, Arab Saudi yang mayoritas Muslim Sunni bersaing dengan Iran dengan mayoritas Muslim Syiah untuk terkait dominasi kawasan Timur Tengah.
Selain Raja Salman, Trump juga berbicara via telepon dengan putra mahkota Abu Dhabi, Mohammed bin Zayed Al Nahyan, untuk "memperkuat kerja sama dalam memerangi terorisme."
Keduanya juga mendiskusikan rencana pendirian zona aman bagi pengungsi di daerah konflik di kawasan. Putra mahkota "sepakat untuk mendukung inisiatif" tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News