medcom.id, Washington: Sebastian Gorka, asisten keamanan nasional yang pandangan garis kerasnya mengenai imigrasi dan terorisme menyebabkan perselisihan di dalam dan di luar Gedung Putih, menjadi pejabat terakhir yang keluar dari pemerintahan Presiden Donald Trump.
Gorka mengatakan kepada AFP, Jumat 25 Agustus 2017, bahwa dia telah mengundurkan diri dari jabatannya.
Sementara seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa Gorka bukan mundur, tapi "tidak lagi bekerja di Gedung Putih." Pejabat tersebut tidak berwenang untuk membahas masalah ini secara terbuka dan berbicara secara anonim.
Mantan editor situs berita konservatif, Breitbart News itu bergabung dengan Pemerintah Amerika Serikat (AS) sebagai penasihat kontraterorisme. Tapi Gorka beroperasi di luar Dewan Keamanan Nasional dan tanggung jawabnya yang tepat tidak dijelaskan secara gamblang. Meskipun dia adalah seorang pembela terkemuka bagi Trump di berita televisi.
Gorka menolak untuk membahas alasan dia meninggalkan Gedung Putih. Namun menunjuk pada kutipan dari surat pengunduran dirinya yang diumumkan, Jumat malam, oleh situs The Federalist.
Gorka menulis bahwa "individu-individu yang paling banyak tampil dan mewakili kebijakan yang akan 'Membuat Amerika Hebat Lagi', telah mundur secara internal, disingkirkan secara sistematis, atau dikacaukan dalam beberapa bulan terakhir."
Dia mengkritik pidato Trump baru-baru ini di Afghanistan, dengan menulis, "Fakta bahwa mereka yang merancang dan menyetujui pidato tersebut menghapus penyebutan Islamis Radikal atau terorisme Islamis radikal membuktikan bahwa elemen penting dari kampanye kepresidenan Anda telah hilang."
Dia juga menulis, "Cara terbaik dan paling efektif buat mendukung Anda, Tuan Presiden, adalah dari luar Gedung Putih."
Kepergian Gorka mengikuti minggatnya ahli strategi utama Steve Bannon, penasihat terkemuka dalam kampanye pemilihan presiden Trump. Namun kehadirannya diperdebatkan di Gedung Putih, terbelah dengan loyalitas staf yang bertikai. Bannon dengan cepat kembali ke jabatannya di Breitbart News.
Bannon meninggalkan Gedung Putih menyusul kedatangan kepala staf baru, John Kelly, yang sudah memulai sebuah peninjauan kembali atas para personel West Wing (kantor di sisi barat dalam Gedung Putih). Kelly berupaya menerapkan disiplin pada West Wing yang kacau, membatasi pendapat berbeda, menahan akses ke presiden, dan "menumpuk tugas" pada keputusan besar demi membimbing Trump mencapai sebuah hasil.
Pemerintah telah ditinggalkan para pejabat tinggi dalam beberapa bulan terakhir, termasuk sekretaris pers perdana Trump, Sean Spicer, dan kepala stafnya yang pertama, Reince Priebus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News