"Saya mengutuk tindakan agresif Rusia. Ini seharusnya tak boleh terjadi. Kami ingin hubungan AS-Rusia lebih baik. Namun, situasi mengerikan di timur Ukraina adalah salah satu tuntutan hukum bagi Rusia," ujar Haley yang baru saja dilantik bulan lalu, seperti dikutip Reuters, Jumat (3/2/2017).
Haley menjelaskan, ketegangan Ukraina tidak bisa berakhir dengan cepat, termasuk soal sanksi yang menampar Rusia terkait aneksasi Krimea tiga tahun lalu.
"Ukraina Timur tentu bukan satu-satunya bagian dari negara yang menderita karena tindakan agresif Rusia. AS terus mengutuk dan menyerukan Rusia untuk mengakhiri kependudukan Rusia," tuturnya.
Ia juga menegaskan bahwa Krimea adalah bagian dari Ukraina. Sanksi Krimea ini akan tetap berlaku sampai Rusia mengembalikan kontrol Ukraina.
AS dan negara Barat lainnya memberlakukan sanksi terhadap Rusia pada 2014 silam atas pencaplokan semenanjung Krimea oleh Rusia dan dukungan separatis pro-Rusia di Ukraina Timur.
Sementara, Dubes Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin tak menanggapi komentar Haley. Malah ia menyalahkan pemerintahan Barack Obama karena tidak ada tindakan yang cukup untuk mengakhiri konflik di Ukraina dan meminta pemerintahan Donald Trump untuk mengatasinya.
"Jika ada kesempatan untuk memiliki hubungan yang baik dengan AS, kita harus mengambil kesempatan ini," pungkas Churkin.
Pada sidang DK PBB, Kamis 2 Februari kemarin, Dubes Ukraina untuk PBB, Volodymr Yelchenko mengatakan, perselisihan di sekitar Avdiivka dimulai dengan tembakan meriam oleh tentara Rusia. Tentara Rusia juga menyerang perbatasan kota.
Sekretaris Jenderal PBB untuk urusan politik, Jeffrey Feltman, menegaskan bahwa pertempuran ini menjadikan konflik Rusia-Ukraina menjadi lebih dalam dan sulit diselesaikan. Bahkan, ia berpendapat tidak ada solusi militer untuk konflik ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News