Pada Perang Teluk di tahun 1991, B-52 menjatuhkan 40 persen artileri ke Irak. Dengan pengisian bahan bakar di udara, B-52 - yang sekarang dapat membawa misil tipe cruise dan juga menjatuhkan bom - dapat terbang berkeliling dunia.
Dalam Perang Teluk, B-52 lepas landas dari Pangkalan Udara Barksdale, Louisiana, dan menembakkan serangkaian misil di Irak, dan pulang ke rumah dalam misi selama 35 jam. B-52 juga digunakan dalam serangan udara terhadap Yugoslavia di tahun 1999 dan menghantam Al Qaeda serta Taliban di Afghanistan pada 2001 dan 2002. B-52 juta memainkan peranan penting dalam operasi Pembebasan Irak.
Berikut spesifikasi B-52 dari Angkatan Udara AS, seperti dikutip Associated Press:
Pertama kali digunakan: 1955
Panjang: 47.8 meter
Panjang Sayap: 55,5 meter
Kecepatan: 1.045.85 kilometer per jam
Jangkauan: 14.159 kilometer tanpa perlu mengisi bahan bakar
Persenjataan: 31.500 kilogram artileri, termasuk bom, ranjau dan misil
Kru: lima orang
Jumlah pesawat: 58 aktif, 18 cadangan
Harga: USD84 juta atau setara Rp1,1 triliun
Pada Minggu (10/1/2016), AS mengirim sebuah pesawat pengebom ke langit Korea Selatan sebagai pertunjukan kekuatan terhadap Korea Utara yang belum lama ini melakukan uji coba nuklir.
Dalam tes pada Rabu kemarin, Korut mengklaim sukses meledakkan sebuah bom hidrogen. Klaim Korut menggegerkan dunia internasional, meski sejumlah kalangan meragukan bom yang diledakkan adalah bom hidrogen.
Pesawat bomber B-52 Stratofortress milik AS, yang mampu membawa senjata nuklir, terbang di atas Pangkalan Udara Osan, sekitar 70 kilometer dari perbatasan Korea. B52 ini didampingi dua jet asal Korsel dan AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News