medcom.id, Havana: Musik diputar di jalan-jalan lagi. Turis menghirup Mojito di kafe trotoar. Bendera berkibar-kibar satu tiang penuh. Setelah sembilan hari berkabung nasional untuk Fidel Castro, Kuba secara perlahan kembali bising, normal lagi riuhnya.
Kuba adalah negara di mana trotoar berfungsi sebagai ruang tamu dan wahana sosial, tetapi selama masa berkabung kebanyakan orang tinggal di dalam ruangan, menonton televisi, dan menghindari tampil gembira.
Larangan pemerintah menjual alkohol dan bermain musik atau memutar lagu rekaman setelah kematian Castro, suasana duka Kuba kepada pemimpin lama mereka, mendekati keheningan. Mereka di situs khusus memasang ratusan ribu foto Castro sewaktu jadi gerilyawan muda dan memajang buku-buku di mana orang secara terpisah bisa datang mengucapkan belasungkawa mereka dan sumpah kesetiaan kepada sosialis, sistem partai tunggal Castro.
"Situasi sangat tenang. Dalam sebuah bar, restoran, Anda bisa mendengar bunyi AC," kata Janine Jenner, turis Jerman, Senin 5 Desember, di hadapan segelas Sangria di Old Havana.
"Hari ini sepertinya seseorang membunyikan suara di mana-mana. Denyut nadi kota ini telah kembali. Orang-orang lebih banyak tersenyum," tambahnya seperti dilansir Daily Mail dari Associated Press, Selasa (6/12/2016).
Kebisingan selalu terdengar di Kuba. Musik dari semua jenis -- salsa, reggae, pop -- meraung di volume tertinggi sepanjang waktu setiap hari. Orang memutar mesin sepeda motor selama berjam-jam di bawah jendela tetangga mereka, atau meratakan ratusan kaleng soda untuk didaur ulang pada pukul 07:00 tiap Sabtu.
Segala suara itu tiba-tiba terdiam, pagi hari 25 November, setelah kematian Castro diumumkan. Bahkan suara insidentil kehidupan Kuba -- anak tertawa saat bermain di jalan, tetangga berteriak satu sama lain -- tampaknya lenyap.
Hidup mulai merayap kembali, pada Senin
Bar dan cafe menjual alkohol lagi dan orang Kuba bisa dilihat diam-diam menghirup bir sambil menunduk atau minum dari kotak-kotak kecil rum putih murahan. Kerumunan orang asing mengembara melalui Old Havana yang lebih terbuka, menenggak bir di jalanan, dan menari dengan minuman di tangan tatkala orkes bermain untuk kali pertama dalam lebih dari seminggu di kafe-kafe wisata.
Orang-orang sekali lagi saling menyapa dengan "selamat pagi" setelah lebih dari sepekan hanya bergumam muram "halo."
Presiden Raul Castro, yang pada Minggu 4 Desember, secara pribadi mengebumikan abu kakaknya di sebuah makam kuno terbuat dari batu granit, telah menyatakan bahwa Kuba akan segera mengeluarkan undang-undang pembatasan peringatan lain bagi Fidel. Sesuai dengan keinginan mendiang untuk menghindari sebuah kultus kepribadian berkembang setelah kematiannya.

Abu jenazah Fidel Castro melintasi kerumunan warga (Foto: AFP).
Belum ada indikasi bagaimana pemerintahan Raul mungkin akan terpengaruh oleh kematian kakaknya. Dia telah melanggar -- perlahan tapi pasti -- warisan Fidel selama 10 tahun sejak berkuasa. Seperti menerapkan serangkaian reformasi pasar bebas serta mulai lagi berhubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dan kapitalisme yang dikecam pedas Fidel di bulan-bulan terakhir hidupnya. Tetapi tidak jelas apakah keberatan Fidel itu memiliki efek nyata pada Raul untuk mengambil keputusan.
Di kawasan sekitar Havana, pedagang kaki lima menjajakan barang-barang mereka lagi setelah tutup lebih dari sepekan. Alunan nada tajam dari suling besi mengingatkan orang bahwa pengasah pisau baru saja lewat. Seorang pria menjual kue manis berbentuk segi empat seharga USD2 seraya berteriak, "Kue Cappuccino, 50 peso!"
Musik biasanya hal yang paling lambat untuk kembali. Dua jam berjalan kaki melintasi tiga kawasan Havana di sore hari, seorang wartawan Associated Press mendengar musik hanya empat kali, semuanya bervolume rendah -- dua kali dari mobil yang diparkir dan dua kali dari jendela terbuka apartemen.
Mahasiswa jurusan musik, Maikel Ramirez Ortega, biasanya memainkan terompet di pinggir laut Malecon selama tiga sampai empat jam setiap sore. Setelah berhenti selama masa berkabung, dia datang lagi Senin sore dan meniup beberapa nada tentatif di bawah jembatan penyeberangan, jauh dari mata publik. Ia tidak merasa pantas, meskipun itu kini diizinkan, katanya.
"Kini seperti masih terasa kami berduka," ujarnya.
Suasana hati masih muram durja di seluruh pulau ini. Di timur kota Santiago, di mana abu jasad Castro ditaburkan, pada Minggu, bartender hotel Mailen Fuentes mengatakan belum merasa normal betul.
"Butuh waktu untuk terbiasa dengan pikiran bahwa Fidel tidak lagi di sini," katanya. "Kami merasa sedih. Rasanya begitu cepat."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id