"Tiongkok telah lama mengatakan tidak akan pernah mengikuti 'perlombaan' senjata. Sekarang waktunya bagi Tiongkok untuk membuktikan bahwa mereka aktor internasional yang bertanggung jawab," kata seorang pejabat senior administrasi AS, dilansir dari Channel News Asia, Sabtu 15 Februari 2020.
Senjata nuklir AS dan Rusia jauh lebih besar dibanding Tiongkok. Namun kehadiran militer Beijing di kawasan Asia-Pasifik telah mengusik ketenangan negara-negara sekutu AS.
Presiden AS Donald Trump berusaha membujuk Tiongkok untuk bergabung dengan Washington dan Moskow dalam diskusi pengendalian senjata. Namun Tiongkok selalu menolak ajakan Trump.
Beijing beralasan kekuatan, jumlah nuklirnya lebih kecil dan tidak akan menimbulkan ancaman.
"Diamnya Tiongkok menciptakan ketidakpastian mengenai niat mereka, sehingga AS harus fokus pada tindakan pencegahan dan kesiapan militer," imbuh pejabat tersebut.
Tiongkok diperkirakan memiliki sekitar 300 senjata nuklir. Pejabat AS itu menambahkan, karena Tiongkok merupakan salah satu militer besar di dunia, maka tanggung jawab yang diembannya juga besar.
"Anda tidak bisa meminta pengakuan status global tapi tidak mau memikul tanggung jawabnya. Karena itulah kami percaya ini saatnya bagi Tiongkok untuk berpartisipasi dalam upaya pengendalian senjata dengan AS," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News