Warga melihat kehancuran yang terjadi di Aleppo (Foto: AFP).
Warga melihat kehancuran yang terjadi di Aleppo (Foto: AFP).

DK PBB Dukung Gencatan Senjata, Pemberontak Suriah Ancam Menolak

Arpan Rahman • 01 Januari 2017 13:54
medcom.id, Beirut: Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB), pada Sabtu 31 Desember, menyambut gencatan senjata dalam perang sipil Suriah. Namun kelompok pemberontak mengancam untuk menolak gencatan senjata yang baru berlangsung dua hari jika pelanggaran terus terjadi.
 
Sebuah resolusi menyambut gencatan senjata, kali ketiga tahun ini, yang berusaha mengakhiri hampir enam tahun perang saudara, diadopsi dengan suara bulat oleh 15 anggota DK PBB dalam pertemuan di New York, Amerika Serikat (AS).
 
Kesepakatan, ditengahi Rusia dan Turki --yang mendukung kubu berlawanan-- mengurangi kekerasan, tapi tembak-menembak, serangan udara, dan pengeboman masih terjadi di beberapa wilayah.
 
Sebuah bom bunuh diri kembar menewaskan sedikitnya dua orang di kota pesisir Suriah, Tartous, daerah di bawah kendali pemerintah dan di jantung pesisir kubu Presiden Bashar al-Assad tak lama setelah tengah malam Minggu 1 Januari. Insiden itu dilaporkan media pemerintah dan kelompok pemantau.
 
Serangan menewaskan sedikitnya dua petugas keamanan dan melukai beberapa orang lainnya ketika sepasang pengebom bunuh diri meledakkan diri mereka setelah dihentikan. Media pemerintah Suriah melaporkan, serbuan itu menyasar target pertama di kawasan tersebut selama beberapa bulan.
 
Faksi dalam Tentara Pembebasan Suriah (FSA) -- aliansi bebas dari beberapa kelompok milisi termasuk militan yang lebih radikal -- mengatakan pasukan pemerintah dan pejuang Hizbullah Lebanon yang didukung Iran telah berusaha memukul pemberontak mundur di lembah Wadi Barada, barat laut Damaskus.
 
"Lanjutan pelanggaran oleh rezim serta pengeboman dan upaya untuk menyerang daerah-daerah di bawah kendali faksi revolusioner akan membuat perjanjian batal demi hukum," kata sebuah pernyataan dari kelompok pemberontak seperti dikutip Reuters, Minggu (1/1/2017).
 
Para pemberontak dan oposisi politik mengatakan pihak pemerintah telah mengumpulkan pasukan untuk melancarkan serangan darat di daerah itu. Belum ada pengumuman terbaru oleh militer sejak meluncurkan operasinya di daerah tersebut, pekan lalu.
 
Faksi FSA berkata dalam sebuah pernyataan terpisah bahwa mereka akan mengabaikan kesepakatan gencatan senjata jika Rusia, yang kekuatan udaranya telah membantu Presiden Bashar al-Assad untuk mengubah gelombang perang, tidak menggunakan pengaruhnya agar menghentikan serangan di Wadi Barada pada pukul 20:00 waktu setempat.
 
Kemudian, dua pejabat pemberontak mengatakan serangan udara di sekitar Wadi Barada telah berhenti sebelum pukul 20:00 dan gencatan senjata masih berlaku, meski bentrokan di daerah itu terus berlangsung.
 
Kelompok monitoring Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) menegaskan bahwa telah terjadi pertempuran di daerah tersebut, sumber sebagian besar pasokan air di ibukota, dan mengatakan terjadi juga penembakan oleh pasukan pemerintah di dua provinsi sebelah selatan, Quneitra dan Deraa.
 
Telepon Putin-Rouhani
 
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, pada Jumat 30 Desember, pemberontak telah melanggar gencatan senjata 12 kali dalam 24 jam. Banyak kekerasan Jumat terjadi di sepanjang perbatasan antara provinsi Hama dan Idlib di barat laut Suriah.
 
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Hassan Rouhani bersepakat lewat sambungan telepon, pada Sabtu 31 Desember. Mereka akan bekerja sama mencoba mengakhiri krisis Suriah dan membuat keberhasilan perundingan perdamaian yang direncanakan di ibukota Kazakhstan, Astana. Hal itu dipaparkan Kremlin dalam sebuah pernyataan.
 
SOHR yang berbasis di Inggris mengatakan, pertempuran telah reda, Sabtu, dan gencatan senjata saat ini tidak berisiko, meskipun salah satu pejabat pemberontak mengatakan hal itu "dalam bahaya serius".
 
Menurut pernyataan mereka, faksi-faksi FSA mengatakan, tampaknya pemerintah dan oposisi telah menandatangani dua versi yang berbeda mengenai kesepakatan gencatan senjata. Salah satu yang hilang "sejumlah poin kunci dan penting yang tak dapat dirundingkan", tetapi tidak menyatakan ihwal apa yang dimaksud.
 
Kesepakatan gencatan senjata untuk kali pertama tidak melibatkan Amerika Serikat atau PBB.
 
DK PBB menyambut gencatan senjata meskipun sedang didesak oleh faksi FSA agar tidak mendukung kesepakatan sampai pemerintah Suriah dan Rusia sudah menunjukkan mereka akan menghormatinya.
 
Resolusi itu juga menyambut baik rencana pembicaraan damai di Kazakhstan sebelum dimulainya kembali pembicaraan yang ditengahi PBB di Jenewa pada Februari mendatang.
 
Perang telah menewaskan lebih dari 300.000 orang dan membuat 11 juta lebih penduduk kehilangan tempat tinggal.
 
Bahkan kalau gencatan senjata sukses antara Assad dan kelompok oposisi bersenjata, konflik di berbagai sisi akan terus berlanjut.
 
Secara khusus, Turki berusaha kembali menekan, baik pasukan Kurdi dan militan Islamic State (ISIS) -- keduanya dikeluarkan dari kesepakatan itu -- menyingkir dari daerah selatan perbatasan.
 
Posisi kelompok-kelompok militan lain seperti Jabhat Fateh al-Sham dan Ahrar al-Sham terkait gencatan senjata tidak jelas; keduanya pun telah mengkritik kesepakatan.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan