Oposisi pemerintahan Venezuela menuduh Presiden Nicolas Maduro melakukan tindakan represif terhadap pendemo yang menyerukan pemilihan umum. Maduro menuduh para pendemo sedang merencanakan aksi kudeta.
Foro Penal (Forum Keadilan Kriminal) menghitung adanya 2.977 orang yang ditangkap selama gelombang demonstrasi di Venezuela, di mana 1.351 di antaranya masih ditahan.
Pengacara Foro Penal, Alonso Medina, mengatakan bahwa 197 dari total yang ditangkap telah divonis penjara oleh pengadilan militer.
"Ini situasi yang terjadi di bawah rezim diktator," kata Medina, seperti disitat AFP.
Sejumlah jaksa di Venezuela menyebut 60 orang tewas dalam aksi kekerasan sejak dua bulan terakhir, banyak dari mereka ditembak mati.
Dalam bentrokan, polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata, meriam air dan peluru karet. Sementara pendemo melemparkan bom molotov dan batu.
Krisis Ekonomi

Polisi antihuru-hara di Venezuela. (Foto: AFP)
Demonstrasi berlanjut hingga Selasa kemarin. Sekitar 2.000 pendemo turun ke jalanan untuk mendesak pemilu agar Maduro diganti. Polisi menggunakan gas air mata dan granat flashbang untuk membubarkan massa.
"Orang-orang tidak lelah untuk berunjuk rasa, karena mereka sudah tidak tahan dengan pemerintah. Mereka juga kelaparan," tutur Arturo, seorang mahasiswa berusia 26, kepada AFP.
Pemerintah dan oposisi saling menuduh telah mengirim grup bersenjata untuk mempertajam aksi kekerasan.
Unjuk rasa di Venezuela dipicu krisis ekonomi di bawah Maduro, yang berimbas pada minimnya pasokan makanan dan bahan pokok lainnya. Sementara Maduro menuduh Amerika Serikat berada di balik gelombang demonstrasi ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News