Posisi ini akan membuat Gabbard bertanggung jawab atas berbagai badan intelijen AS, termasuk CIA, FBI, dan NSA, yang berperan dalam pengumpulan informasi untuk keamanan nasional.
Karier Politik dan Militer
Gabbard memulai karier politiknya sebagai anggota legislatif negara bagian Hawaii pada usia 21 tahun, menjadi wanita termuda yang terpilih dalam sejarah Hawaii. Dia kemudian bertugas di Kongres dari 2013 hingga 2021 sebagai perwakilan distrik kedua Hawaii.Selain itu, Gabbard memiliki latar belakang militer, pernah bertugas di Garda Nasional Hawaii dan Angkatan Cadangan AS, hingga mencapai pangkat letnan kolonel.
Salah satu momen penting dalam karier politiknya adalah ketika ia mengundurkan diri dari posisi Wakil Ketua Komite Nasional Partai Demokrat (DNC) pada tahun 2016 untuk mendukung Bernie Sanders.
Pada pemilihan presiden 2020, Gabbard sempat menjadi kandidat dari Partai Demokrat sebelum mengundurkan diri dan mendukung Joe Biden.
Gabbard kemudian keluar dari Partai Demokrat pada tahun 2022 karena perbedaan nilai, dan menyebut partai tersebut sebagai "kumpulan elitis pengobar perang."
Setelah itu, ia menjadi kontributor tetap di Fox News dan mendukung Donald Trump secara terbuka, sebelum akhirnya bergabung dengan Partai Republik pada akhir 2024.
Mendukung Assad dan Putin
Gabbard seperti yang sudah dijelaskan diatas, sepanjang kariernya tidak memiliki pengalaman apapun dalam bidang intejilen. Pada 13 November, mantan agen Badan Intelijen Pusat Amerika (CIA), Abigail Spanberger mengkritik Gabbard tidak pantas menjadi ketua intelijen.“Bukan hanya dia tidak siap dan tidak memenuhi syarat, tetapi dia juga terlibat dalam teori konspirasi dan dekat dengan diktator seperti Bashar al-Assad dan Vladimir Putin,” Tulis Spanberger di X
Pandangan dan tindakan Gabbard sering menuai kontroversi, terutama terkait kebijakan luar negeri. Gabbard sempat bertemu dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, pada tahun 2017, yang menuai banyak kritik karena Assad dianggap sebagai sekutu Rusia dan pemimpin rezim otoriter.
Melansir BBC, dia membela diri dengan mengatakan Assad "bukanlah musuh Amerika Serikat karena Suriah tidak menimbulkan ancaman langsung bagi Amerika Serikat".
Gabbard juga menyatakan keraguannya terhadap keterlibatan rezim Suriah dalam serangan senjata kimia, berbeda dengan pernyataan resmi pemerintah AS, PBB, dan organisasi anti senjata kimia lainnya yang menyalahkan Assad.
Gabbard menghadapi tuduhan terkait penyebaran informasi mengenai biolaboratorium yang didanai AS di Ukraina, yang disebut oleh beberapa pihak sebagai propaganda Rusia.
"Ada lebih dari 25 laboratorium biologi yang didanai AS di Ukraina yang jika bocor akan melepaskan dan menyebarkan patogen mematikan ke AS/dunia. Kita harus segera bertindak untuk mencegah bencana. AS/Rusia/Ukraina/NATO/PBB/UE harus memberlakukan gencatan senjata " ucap Gabbard, 13 Maret 2022 di X.
Video tersebut kemudian menuai kritik keras karena dianggap mendukung narasi Rusia. Gabbard membantah tuduhan ini, dengan mengatakan bahwa kritik tersebut adalah upaya untuk membungkam pandangannya.
Selama kampanye presiden 2020, Gabbard juga menjadi pusat perhatian propaganda Rusia, yang kerap menampilkan dirinya secara positif dibandingkan kandidat Demokrat lainnya, termasuk Joe Biden berdasarkan Foreign Policy Research Institute.
“Perang dan penderitaan ini seharusnya bisa dihindari jika pemerintahan Biden/NATO mengakui kekhawatiran keamanan yang sah dari Rusia terkait keinginan Ukraina untuk menjadi anggota NATO, yang akan berarti pasukan AS/NATO berada tepat di perbatasan Rusia,” Tulis Gabbard di X, Februari 2022.
Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa pandangan Gabbard lebih sejalan dengan kepentingan Rusia dibandingkan posisi resmi AS.
Tulsi Gabbard adalah sosok dengan latar belakang yang beragam, mulai dari karier militer hingga politik yang penuh dinamika dan kontroversi.
Penunjukannya sebagai Kepala Intelijen Nasional oleh Trump menunjukkan arah kebijakan yang lebih skeptis terhadap keterlibatan militer luar negeri dan lebih berfokus pada isu domestik.
Namun, efektivitas kepemimpinannya masih menjadi tanda tanya besar, terutama mengingat kritik atas minimnya pengalaman di bidang intelijen serta pandangannya yang sering dianggap tidak sejalan dengan arus utama.
Baca Juga:
Loyalis Trump Banyak Raih Posisi Penting di Kabinet, Meskipun Kualifikasinya Terbatas
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id