Dalam pernyataan resmi pada Senin 4 Maret 2019, Komando AS untuk Wilayah Eropa mengatakan bahwa pengiriman THAAD dilakukan atas arahan Menteri Pertahanan interim Patrick Shanahan. Pengiriman THAAD disebut salah satu komitmen AS sebagai mitra pertahanan Israel di kawasan.
"Selama pengiriman, para petugas kami akan bekerja di beberapa lokasi di Israel. Mereka juga akan berlatih prosedur operasional untuk meningkatkan sistem pertahanan misil dan udara Israel saat ini," sebut Komando AS untuk Wilayah Eropa, seperti dikutip dari laman UPI.
Disebutkan pula bahwa pengiriman THAAD adalah contoh kesigapan AS dalam merespons dengan cepat segala jenis ancaman di dunia.
"Kemampuan strategis transportasi udara AS, dan digabungkan dengan kerja sama erat antar para mitra, telah membuat militer AS mampu dengan cepat mengirim pasukan ke seluruh lokasi yang ada di dunia," lanjutnya.
THAAD adalah sebuah sistem yang relatif mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Sistem ini mampu menembak jatuh misi berjarak pendek hingga menengah.
Pasukan Pertahanan Israel (ISDF) menyambut baik pengiriman THAAD dari Washington. Dalam pernyataan di Twitter, ISD menekankan bahwa THAAD ini hanya akan digunakan untuk pertahanan, dan "tidak terkait dengan peristiwa spesifik apapun."
"IDF berterima kasih atas latihan gabungan ini, dan selalu siap untuk melindungi wilayah udara serta warga sipil terhadap segala jenis ancaman," tutur pernyataan IDF.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menekankan kembali bahwa pengiriman THAAD ini adalah bentuk komitmen AS terhadap keamanan Israel.
"Sistem THAAD milik Amerika dianggap sebagai sistem paling canggih di dunia. Dua negara kami menjadi lebih kaut dalam menghadapi segala ancaman," sebut PM Netanyahu.
Sebelumnya AS juga pernah mengirim THAAD ke negara mitranya, yakni Korea Selatan pada 2017. Pengiriman THAAD memicu protes dari Korea Utara dan juga Tiongkok.
Baca: Sistem Misil THAAD di Korea Selatan sudah Operasional
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News