Di hadapan anggota DK PBB dan negara anggota G5 yang hadir, Wamenlu Fachir menceritakan pengalaman Indonesia dalam penanganan terorisme melalui pelatihan di Jakarta Centre for Law and Enforcement Cooperation (JCLEC). Dia membagikan upaya Polri berkolaborasi dengan tokoh agama serta masyarakat dalam melakukan proses deradikalisasi.
Wamenlu menyampaikan tiga poin penting yang dimiliki Indonesia untuk mengatasi terorisme.
"Poin pertama adalah perlunya mencapai kemajuan konkret di lapangan. Hal ini penting guna memastikan kredibilitas G5S JF. Untuk itu, operasionalisasi komponen polisi G5S JF sangat diperlukan, guna memastikan operasi dan tindak lanjut efektif, termasuk proses peradilan," demikian dikutip dari pernyataan Kementerian Luar Negeri RI, Jumat 29 Maret 2019.
Poin kedua, Wamenlu Fachir menuturkan pentingnya peningkatan kapasitas, termasuk pengumpulan informasi intelijen, penanganan kekerasan ekstremisme dan pendanaan kelompok ekstremis, serta pengamanan perbatasan.
Poin terakhir adalah membangun kepercayaan masyarakat. Wamenlu Fachir menjelaskan, G5S JF harus mampu memberikan perlindungan dan bantuan kepada masyarakat agar tidak mudah terpengaruh ajakan kelompok ekstremis.
"Memenangkan hati dan pikiran masyarakat merupakan aspek terpenting dan menjadi dasar dalam mengalahkan terorisme," tegas Wamenlu Fachir.
Dia menegaskan upaya penanganan terorisme harus dilakukan dengan mengatasi akar masalah, termasuk memajukan pembangunan dan moderasi. Tak hanya itu, peningkatan kapasitas negara untuk hadir dan memberikan layanan dasar kepada masyarakat yang merupakan langkah utama dalam penangkalan terorisme.
Pertemuan tingkat menteri ini merupakan inisiatif Prancis dan Burkina Faso. G5S JF merupakan inisiatif 5 (lima) negara yaitu Mali, Burkina Faso, Niger, Chad, dan Mauritania guna memastikan keamanan di wilayah Sahel, khususnya mengatasi terorisme dan kejahatan terorganisir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News