Seperti dikutip CBS News, Rabu 10 Mei 2017, kedua petinggi akan membicarakan hubungan AS dan Turki serta kerja sama melawan terorisme.
Kontroversi melanda Erdogan dan Trump belakangan ini. Pada April, Turki menggelar referendum untuk menentukan apakah kekuasaan seorang presiden akan diperluas atau tidak.
Referendum berakhir dengan kemenangan Erdogan. Di bawah sistem presidensial, Erdogan dapat menunjuk langsung menteri dan pejabat tinggi lainnya, mengeluarkan dekrit dan mendeklarasikan status darurat.
Sejumlah partai oposisi mengeluhkan adanya serangkaian kejanggalan dalam referendum, termasuk keputusan komisi elektoral yang menerima surat suara yang tidak memiliki stempel resmi di bawah hukum Turki.
Setelah kemenangan Erdogan, Trump mengucapkan selamat kepadanya. Langkah Trump memicu kritik, yang dinilai sejumlah pihak seperti menutup mata terhadap kepala negara yang memimpin melalui gaya otokrasi.
Turki adalah sekutu dekat AS dalam perang melawan kelompok militan Islamic State (ISIS), karena posisi negara yang berdekatan dengan Irak dan Suriah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News