Ratusan orang bersorak sorai usai tercapainya perjanjian damai antara Pemerintah Ekuador dan delegasi pengunjuk rasa di Quito, Ekuador, 13 Oktober 2019. (Foto: AFP/MARTIN BERNETTI)
Ratusan orang bersorak sorai usai tercapainya perjanjian damai antara Pemerintah Ekuador dan delegasi pengunjuk rasa di Quito, Ekuador, 13 Oktober 2019. (Foto: AFP/MARTIN BERNETTI)

Pemerintah dan Pedemo Ekuador Sepakat Akhiri Kekerasan

Willy Haryono • 14 Oktober 2019 11:23
Quito: Presiden Lenin Moreno dan sejumlah tokoh adat Ekuador menyepakati sebuah perjanjian damai, Minggu 13 Oktober, untuk mengakhiri gelombang protes bernuansa kekerasan yang telah berlangsung selama hampir dua pekan.
 
Gelombang protes di Ekuador dipicu rencana pencabutan subsidi bahan bakar minyak oleh pemerintah. Moreno berulang kali menegaskan bahwa subsidi yang telah berlaku selama bertahun-tahun di Ekuador harus dicabut demi menghemat anggaran.
 
Dialog damai antara Moreno dan delegasi demonstran yang dipimpin grup CONAIE berlangsung selama lebih kurang empat jam di ibu kota Ekuador, Quito.

"Dengan perjanjian ini, mobilisasi massa di seantero Ekuador telah berakhir, dan kami berkomitmen mengembalikan perdamaian di Ekuador," ujar pernyataan gabungan kedua kubu, dilansir dari AFP, Senin 14 Oktober 2019.
 
Perjanjian ini tercapai usai pemerintahan Moreno akhirnya menarik perintah pencabutan subsidi BBM. Masalah BBM tersebut telah memicu gelombang protes, dengan jumlah korban tewas dalam bentrokan mencapai tujuh orang.
 
Masih di hari yang sama, bentrokan terjadi menjelang berlangsungnya dialog damai. Polisi membubarkan massa yang berusaha membangun barikade dari serpihan beragam benda.
 
"Saudara-saudaraku, saya selalu memperlakukan kalian semua dengan penuh kasih sayang dan rasa hormat," kata Moreno di awal dialog damai. "Saya tidak pernah berniat menyulitkan kelompok menengah ke bawah di negeri ini," sambungnya.
 
Bagi masyarakat Ekuador, terutama dari sejumlah grup etnis asli negara tersebut, pencabutan subsidi BBM sangat mencekik mereka. 
 
Moreno sempat mengungsi dari Quito ke kota Guayaquil saat intensitas unjuk rasa meningkat. Dari kota tersebut, Moreno memerintahkan pemberlakukan jam malam dan kontrol militer di wilayah ibu kota, sembari terus meminta delegasi demonstran untuk berdialog.
 
CONAIE pernah beberapa kali menolak tawaran dialog dari pemerintah. Namun Sabtu kemarin, mereka akhirnya menerima tawaran tersebut, dan menekankan bahwa fokus dialog adalah menyelesaikan isu BBM.
 
Saat bertemu Moreno, CONAIE meminta agar sang presiden segera memecat menteri dalam negeri dan juga pertahanan atas "kekerasan berlebih" yang dilakukan aparat keamanan terhadap demonstran.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan